"With peaks of joy and valleys of heartache, life is a roller coaster ride, the rise and fall of which defines our journey. It is both scary and exciting at the same time." - Sebastian Cole

Tuesday, June 30, 2015

Comic Review: Hai, Miiko! Volume 1


Hai, Miiko! Volume 1
Komikus: Ono Eriko
Penerbit: PT Gramedia (M&C!)
Penerjemah: Widya Winarya
Editor: Marin Hermanto
Cetakan kesebelas, 2010.

Blurb:
Miiko ngambek karena tidak dibelikan sweater merah idamannya, ia pun kabur dari rumah. Dalam perjalanannya, ia mendapat suatu pengalaman menarik…
Yuhuuu! Pasti sebenernya udah banyak yang baca atau setidaknya tahu tentang si Miiko ini. Yap, sama kayak kebanyakan orang, saya pun jatuh hati sama Miiko. Mulai ngoleksi sekitar tahun 2009-ish, lupa deh. Pokoknya waktu itu majalah BOBO kasih bonus beberapa part cerita dari Hai, Miiko! Volume 19 dan dari situ saya langsung suka lalu mulai baca dan mengoleksi semua serinya. Nah, rencananya mulai sekarang (harusnya dari bulan Januari yang lalu), mau re-read dan review, hahaha. Wish me luck!

So, here we go. Mulai dari volume 1.

Ada 8 cerita di volume ini. Nah, tentunya karena ini volume 1 jadi Ibu Ono Eriko gak mau bikin kita bingung. Sebelum mulai cerita, kita akan disuguhkan dengan perkenalan terlebih dahulu. Jadi, sebelum dibukukan, Miiko pernah jadi karakter cerita di majalah Pyong-Pyong. Karena animo masyarakat Jepang yang heboh, akhirnya cerita-cerita lepas ini dibukukan deh, lalu terbit dengan judul “Namaku Miiko!” (yang hanya ada 4 volume). Setelah itu, Pyong-Pyong bubar dan digantikn majalah Ciao. Dari majalah Ciao itu lah, komik “Hai, Miiko!” mulai muncul volume 1-nya di tahun 1995.

Sekarang, lanjut review ke kumpulan ceritanya.

Cinta Pertama
Berkisah tentang Mari-Chan (sahabat Miiko) yang ketar-ketir lagi naksir dengan teman sekelas mereka, Aoyama. Kebetulan besok liburan kelas, Mari minta bantuan Miiko untuk ngedeketin dia dengan Aoyama  supaya Mari bisa mengatakan perasaannya. Tapi ya namanya juga Miiko ya, hehehe. Walaupun Mari berhasil, tapi dia tetep sedih nih.
Lucu deh, ya soalnya ini Miiko gitu (??) udah pasti lucu. Cara Mari-Chan nyatain cintanya juga lucu.

Tappei Pergi?!
Ada clue-clue kayaknya Tappei mau ikut pindah sama orangtuanya. Lalu Miiko dan teman-teman pada sedih deh. Bahkan Miiko sampai nangis di depan Tappei.

Orang Aneh di Sebelah
Nomura Yoshiki, murid pindahan baru. Anaknya pendiam dan keliatannya agak judes. Karena ada rotasi tempat duduk di setiap catur wulan baru (iya! Kan tahun 1995, jadi namanya masih catur wulan), ternyata Miiko kebagian duduk di sebelah Yoshiki. Waktu pelajaran bahasa, Miiko lupa bawa buku. Waktu dia bilang ke Yoshiki minta lihat berdua, Yoshiki nolak judes gitu. Miiko jadi jiper. Eh, penghapus Miiko malah jatuh ke deket Yoshiki. Miiko takut untuk minta tolong ke Yoshiki, alhasil dia berusah sendiri ambil sampai kakinya keseleo.

Papa Pergi Dinas Luar
Memang susah punya orangtua yang semuanya bekerja. Apalagi waktu papa pergi dinas ke luar. Miiko dan Mamoru harus bantu Mama ngurusin kerjaan rumah. Tapi ya, kalau rajin sih namanya bukan Miiko kan.

Air Mata Mari-Chan
Cerita ini ada 2 bagian yang saling bersambung. Gitu deh memang kalau di Miiko, kalau ceritanya terlalu panjang, bakal dibikin 2 bagian yang letaknya juga bersambungan. Kurang ngerti juga kenapa harus dibagi 2, karena toh dilanjutin juga gak akan apa-apa. Atau karena biar kesannya gak terlalu panjang dan jumlah cerita tiap volume-nya konstan? Mungkin.
Nah, dicerita ini kita akan ketemu teman-temannya Miiko dan Mari-Chan yang lain. Mereka sebel sama Mari-Chan karena sikapnya yang terlalu bossy. Miiko jadi bingung, harus pilih sama Mari-Chan atau teman-temannya yang lain.

Jaket Merah Muda
Namanya komik anak-anak, pasti bebas fantasinya mau kemana aja. Di cerita ini, Miiko ceritanya ngambek sama mamanya karena gak dibeliin jaket yang dia mau. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari rumah dan bluuuuuur! Tiba-tiba suasana kotanya jadi 23 tahun yang lalu, waktu umur mamanya baru 12 tahun.

Miya dan Gadis Salju
Ini cerita lepas dan gak masuk ke kehidupan Miiko sebenarnya. Jadi ini kayak cerita jaman dulu yang penuh leganda. Ada gadis salju yang mencari teman. Kalau ada anak yang ia sukai, dia langsung menculik dan membekukan hati anak itu seperti es. Nah, kali ini bagiannya Tappei (yang dicerita ini dinamai Peta). Miiko (atau Miya dicerita ini) tentunya gak mau temanny diculik, jadi dia akan menolong Peta dari si Gadis Salju.

Berjuanglah Tako
Cerita yang gak ada Miiko-nya sama sekali. Mungkin maksudnya untuk bonus. Ceritanya ada gadis bernama Tako, dia tinggi tapi suka gak pede. Alhasil, tim basketnya jarang sekali menang.  Nah, temannya si Chizumi ini pengen dong sekali-kali timnya menang, jadi dia cari akal gimana cara membangkitkan kepercayaan diri Tako.

Yap, gitu deh cerita Miiko. Lucu, menghibur, bahkan gak akan bosen mau di-reread sampai berapa kali pun. Di volume ini, buat yang udah baca volume awal sampai volume 5 ke atas, pasti juga tahu deh. Perawakan rambut Miiko agak beda sama yang Miiko volume atas. Mulutnya sih tetap lebar ya, ahahahahaha.

Selalu suka caranya Bu Ono Eriko gambar. Tokohnya dibuat komikal banget, bikin ngakak. Kalau lagi bayangin berjuang atau semangat gitu malah dibuat cantik kan, jadi suka.
3 of 5 stars.

Thursday, June 25, 2015

Singapore Begins


Judul: Singapore Begins
Penulis: Agata Barbara
Penerbit: Ice Cube Publisher
Cetakan pertama, April 2015.


Blurb:
“Tepparapol Goptanisagorn.” 
“Hah?” ujar Kanna spontan tanpa dia sadari. 
“Namaku. Tepparapol Goptanisagorn,” sang cowok mengulangi, kali ini dengan sedikit lebih lambat. 
Kanna mengerjap. Tep… teppa… Gopta… “Apa?” 
Kanna tahu dia bukan anak kesayangan Mama-Papa, tapi dibuang ke Singapura tidak pernah ada dalam rencana hidupnya. Namun apa boleh buat, hasil tes kepribadiannya yang minus membuat keputusan orangtuanya tak dapat diganggu gugat. Dan di sinilah Kanna akan tinggal sekarang, di sebuah rumah kos bersama empat orang lainnya dari empat negara berbeda pula. Baru saja menginjakkan kaki di sana, Kanna sudah disambut oleh ibu kos superheboh. Dia juga harus berbagi kamar dengan gadis bule yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengannya. Oh, dan suara tangisan siapa itu dari lantai dua? Cuma setahun, sih, tapi bagaimana cara Kanna bertahan kalau menyebutkan nama salah satu housemate-nya saja sudah begitu sulit?

Ini pertama kalinya saya baca YARN dan kayaknya saya membuat pilihan yang tepat dengan memilih Singapore Begins sebagai pengenalan untuk seri YARN ini. Yey!


Berisikan cerita tentang moral dan persahabatan yang kental, Singapore Begins membuat kita berkenalan dengan 5 orang sahabat beda negara yang disatukan dalam satu rumah kost di Singapura. Dengan kepribadian masing-masing, 2 cewek 3 cowok yang tinggal bersama ini berhasil belajar sesuatu dari ‘pengasingan’ mereka di Singapura.

Meet the gang:

1. Kanna Hartono, cewek tomboy asal Indonesia. Sering dikira orang Jepang karena namanya. Dikirim ke Singapura oleh orang tuanya untuk belajar dan mencari teman, karena tes psikologinya mengatakan kalau kemampuan mengekspresikan dirinya kurang. Kanna terlalu tertutup, dingin, dan mandiri. Namun Kanna merasa alasan itu hanya untuk memperkuat tindakan orangtuanya untuk membuangnya jauh dari rumah.
2. Sally Christina Wilfred, bule Amerika. Cantik, tinggi, putih, bermata hijau, dan berisik. Tipikal cherish-girl yang menyenangkan. Kadang-kadang (bahkan lebih sering) terlalu drama, namun selalu ceria kayak hidupnya gak banyak masalah.
3. Kim Joon Hee, cowok tampan Korea dengan mata hitam bulat, hidung mancung, dan rambut hitam kecoklatan. Joon Hee memiliki orangtua yang posesif, namun pasti ada alasan tersendiri kenapa dia memutuskan pindah ke Singapura. 
4. Paresh Abharana, cowok iseng dan kelebihan energi yang berasal dari India. Mungkin kalau di sekolah-sekolah gitu dia tipikal badut kelas dengan segala ide jailnya.
5. Tepparapol Goptanisagorn, atau disingkat G. Cowok tinggi dari Thailand dengan segala ke-terlalu-berlebihan-dan-heboh-nya.

Dan Jun, beserta tokoh-tokoh lain yang turut menyemarakan cerita.

Isi novelnya fun dan kekinian deh, hahaha. Bakal nemu nama film, buku, bahkan drama korea yang lagi digandrungi banget untuk jaman sekarang. Dan kayaknya udah lama deh gak baca cerita persahabatan kayak gini. Meski awal-awalnya mikir mungkin kalau tokoh-tokohnya dijadiin anak SMA bakal lebih asik. Tapi terus, gak jadi deh, jadi anak kuliahan juga udah asik. Well, awalnya juga agak bingung ini ceritanya mau tentang apa ya garis besarnya, apakah pengasingan dari orang tua, apa pembuktian pembelajaran masa lalu atau gimana, eh ternyata kayaknya ini bergaris besar tentang cyber-bullying yang baru ada di pertengahan cerita. Tapi tentunya juga dibalut dengan kisah-kisah masa lalu para tokoh yang menjadikan mereka akhirnya tinggal dalam satu rumah di Singapura. Dan buat yang suka romance, jangan khawatir, novel ini walaupun YARN, tetep ada kisah cintanya kok walau sedikit (tapi porsinya sangat cukup) (cukup bikin penasaran).

Tentang cerita dengan tokoh yang berbeda kewarganegaraan, suka sih penulis menghadirkan 5 tokoh (bahkan 6 atau 7 malah) dari negara berbeda dan kita juga sempet dikasih adegan culture-shock. Terus suka juga kerena penulis sempet-sempet menyelip kebiasaan dari negara-negara itu, jadi bisa nambah pengetahuan. Nah, masalah tokoh, menurut saya si Kanna ini terlalu pinter dan tahu segalanya (lha) (bilang aja iri) hahaha. Jadi kurang suka Kanna, tapi I love Sally dan Jun! Sayang Jun kurang banyak porsinya. Juga, cerita di novel terlalu berpusat sama hubungan Kanna – Sally dan Kanna – Joon Hee. Maksudnya, novel ini bakal lebih seru kalau adegan Kanna – G atau Kanna – Paresh juga sebanyak Sally dan Joon Hee. Jadi kayak pembaca mengenal G dan Paresh cuma dari narasi Kanna aja, gak terlalu banyak percakapan antara mereka. Bahkan pas mengetahui masa lalu aja, bagian Sally dan Joon Hee ada percakapannya, sedangkan G dan Paresh Cuma dinarasikan aja. Tapi gak apa-apa, tetep suka cerita persahabatan kayak gini.

Suka juga sama ending-nya. Suka sama selipan-selipan moral yang tetep menyenangkan saat dibaca. Suka sama gaya menulisnya dan kayaknya ini kebanyakan dari pengalaman penulisnya ya? Suka deh pokoknya. OH, iya! Dan suka juga sama cover-nya.

Tapi ada satu pertanyaan yang mengganjal (halah), ngompres orang demam itu pakai air es atau air hangat sih? Di novel ini pakai air es, sempet googling katanya pakai air hangat, tapi terus nanya ke seseorang jawabannya pakai air es juga. Wah, harus nanya dr. Oz nih!

I’m looking forward to read another YARN-novels!

3,5 of 5 stars.
“Dan orang yang sulit untuk memercayai siapa pun.. akan memercayai sahabat-sahabatnya seumur hidup.” - Kanna 

Monday, June 22, 2015

Comic Review: Hirameki Hatsume-Chan 3


Judul: Hirameki Hatsume-Chan 3
Penulis (komikus): Daioki
ISBN: 978-602-7975-81-1
Penerbit: Bentang Komik (PT Bentang Pustaka)
Penerjemah: Adinda Hafizh
Tebal: 132 halaman
Cetakan pertama, Maret 2014.


Blurb:
Kemampuan kotak buatan Hatsume semakin canggih, lho! Layaknya robot, kotak ajaib Hatsume bisa melakukan berbagai macam pekerjaan manusia. Pekerjaan apa saja ya, itu? Yuk, ikuti lagi kelanjutan cerita Hatsume dan kotak ajaibnya yang lucu dan menggemaskan ini!

Seperti yang ada di blurb, Hirameki Hatsume-Chan berisi kumpulan cerita keseharian Hatsume yang banyak terbantu oleh kemampuan kotak buatannya. Layaknya robot hebat, kotak Hatsume bisa melakukan berbagai macam pekerjaan manusia. Di komik yang ketiga ini cerita berlanjut dari episode 29 sampai episode 42.

Gak banyak sih yang bisa saya jabarkan di sini. Mungkin karena saya gak ngikutin dari komik yang pertama, saya jadi gak ngerti asal-usul kotak di kepala Hatsume ini. Jadi banyak pertanyaan di kepala saya pas baca komik ini. Kayak, Hatsume ini sebenarnya anak manusia beneran apa bukan? Soalnya ekspresinya datar-datar aja gitu keliatannya. Masalah gambar keseluruhan sih gak ada masalah.

Inti ceritanya sih ya mirip lah kayak kebanyakan komik dengan premis alat ajaib. Di sini si kotak bisa disulap jadi apa aja dan sangat membantu. Udah gitu aja.

Lucu gak? Em, lumayan. Tapi buat ukuran komik (yang kayaknya sih maunya humor), lucunya kurang. Gak tau ya, sebagian ada yang garing gitu. Mungkin karena terjemahan dan di Indonesia gak bisa nyambung dengan lelucon itu. Kayak mungkin itu lelucon lokal Jepang, jadi yang ngerti ya orang-orang sana, pas diterjemahin gak dapet lucunya (??) Atau pas baca lagi gak dapet mood-nya aja kali ya. Ini contohnya:

Jadi si Hatsume dan Ayahnya nih mau BBQ-an di halaman ngajak Tak-Kun dan Kei-Chan (temennya Hatsume). Lalu Hatsume bilang, “Kita harus siap-siap. Seperti bola.” Nah dibales deh sama Ayah, “Oh, mau main bola habis makan BBQ, ya?” lalu apa coba jawaban si Hatsume? Jawabannya kayak gini, “Bukan begitu. BBQ itu sama dengan kasti atau pingpong, kan?” NAHHHH! Saya gak ngerti deh itu maksudnya apa. Dari percakapannya sih harusnya lucu kan, tapi ya saya jadinya gak ketawa gara-gara gak ngerti.

Wah, gak bisa panjang-panjang nih review-nya. Bingung mau bahas apa lagi. Intinya saya kurang bisa menikmati dan gak berniat mengoleksi komik yang kesatu dan duanya. Cukup sampai di sini aja ya, Hatsume. Babay.

Terakhir, ini bonus percakapan Hatsume dan teman-temannya:
Tak-Kun: Hari ini kita karya wisata ya?
Hatsume: Iya.
Hatsume: Jadinya ngapain, ya?
Kei-Chan: Ya karya wisata dong.
Tak-Kun: Maksudnya?
Hatsume & Kei-Chan: Nanti itu berkarya atau berwisata.. ?
Tak-Kun: NGGAK DIPISAH KALI!!!

2 of 5 stars.

Thursday, June 18, 2015

Kismet


Judul: Kismet
Penulis: Nina Addison
ISBN: 978-602-03-1487-7
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Editor: Dini Novita Sari & Harriska Adiati
Tebal: 296 halaman
Cetakan pertama, 2015.

Blurb:
kismet//takdir//destiny. Kata yang melibatkan semacam rahasia kosmik, yang memberi letupan kejutan di sana-sini dalam hidup seseorang, menggiringnya ke tempat ia seharusnya berada. 
Konsep itu menggelikan bagi Alisya.  
Tetapi ketika di tengah hiruk pikuk New York City ia bertemu dengan Cia, perempuan yang seketika menjadi sahabatnya, Alisya bertanya apakah takdir sedang bekerja? 
Lalu muncul Raka, satu-satunya cowok yang bisa membuat Alisya jatuh cinta. Lelaki yang, lagi-lagi, dibawa takdir masuk ke hidupnya. Sayangnya, takdir yang satu ini berpotensi menghancurkan persahabatannya dengan Cia. Jadi, mana yang harus ia pilih? 
Orang bilang persahabatan itu kekal, untuk seumur hidup. Namun, bukankah cinta sejati juga demikian?

Kismet atau takdir membawa Alisya pergi ke New York untuk menggejar cita-cita dan passion-nya. Lagi-lagi karena takdir, Alisya yang memang sedang bingung mencari apartemen murah untuk ditinggalinya bertemu dengan Cia, seorang gadis pemberani yang menolongnya dari gangguan laki-laki nakal dan kemudian bersedia berbagi tempat tinggal. Long story short, mereka berdua kemudian menjadi sahabat. Meski agak bermasalah di awal, Cia tahu bahwa Alisya punya banyak kesamaan dengannya. Cia lah yang memperkenalkan teori kismet kepada Alisya, yang sebenarnya dia anggap agak tidak masuk akal. Sama-sama orang Indonesia, sama-sama kabur dari keluarga, lalu tidak disangka-sangka mempunyai tanggal lahir yang hanya beda satu hari. Atas usul aneh Cia, mereka kemudian mempunyai tradisi untuk merayakan ulang tahun masing-masing dengan cara berbuat suatu kebaikan. Lewat tradisi itu pula lah Alisya kemudian bertemu dengan Mr. Gajah. Dalang yang membuat Alisya harus memilih, sahabat atau cinta.

Hubungan Alisya dan Mr. Gajah terbilang cukup singkat. Berawal dari Alisya yang meminta Mr. Gajah menceritakan masalahnya (untuk memenuhi tradisi kebaikan di hari ulang tahun Alisya). Mr. Gajah yang sama-sama keturunan orang Indonesia pun terbujuk dan mulai menceritakan masalah yang menimpa adik dan keluarganya. Singkat cerita, Mr. Gajah ingin Alisya bertemu dengan adiknya, namun hari itu tidak pernah ada karena Mr. Gajah tidak menepati janjinya dengan Alisya.

Persahabatan Cia dan Alisya berjalan baik sampai akhirnya Cia mendapat masalah dan mengharuskan untuk pulang ke Indonesia dan meninggalkan New York. Lima tahun kemudian, Alisya yang perlahan tapi pasti sudah mulai menghidupi passion-nya diminta Cia untuk mengunjunginya di Indonesia. Di situlah Alisya bertemu Raka. Perasaan aneh muncul ketika mereka pertama kali bertemu, belum juga masalah bahwa ternyata Cia menyukai Raka. Dari sini lah kemudian misteri-misteri kehidupan Alisya terkuak satu persatu terpilin dan menghasilkan takdir dan sebelumnya Alisya tidak pernah kira. Dari sini juga teori kismet mulai terasa tidak lagi menggelikan.

Kismet bukanlah novel yang menghadirkan konsep cerita baru. Maksudnya, udah banyak deh novel yang pakai takdir sebagai pemersatu jalan cerita. Tapi entah kenapa, Kismet disuguhkan sangat menyenangkan untuk dibaca. Gimana ya? Walaupun di novel ini bikin tambah kerasa banget dunia itu sempit, dimana kalau kita ketemu banyak banget kebetulan di novel lain bakal bikin kita sebel, di Kismet kebetulan-kebetulan itulah yang menyatukan cerita dan gak bikin sebel sama sekali malah bikin gak bisa berhenti baca.

Dari awal, rasanya membaca Kismet ini kayak lagi ngobrol sama Alisya deh. Fun, tapi ada sedih-sedihannya juga. Ya, jadi kayak si Alisya nih curhat sama kita si pembaca tentang apa yang terjadi dalam hidupnya selama 10 tahun terakhir. Makanya agak aneh waktu di bagaian akhir POV ganti ke Ethan (adiknya Alisya) dan Raka, walau gak banyak jadi gak terlalu ganggu. Eh, yang tapi ganggu juga sih (lah), soalnya kayak temen kita lagi curhat terus tiba-tiba diinterupsi gitu.

Alur ceritanya pas dan tertata, gak lambat juga gak cepet. Saya suka gimana Mbak Nina menggambarkan Raka gak selalu sempurna, tapi dia ada jeleknya juga. Terus jalinan hubungan Cia dan Alisya kerasa banget dari yang belum terlalu kenal sampai kenal banget, walau ya di akhir porsi Cia agak kurang. Oh iya, dan saya juga suka gimana Mbak Nina menghadirikan murni Bahasa Inggris di percakapan yang memang berbahasa Inggris. Bahasa Inggris-nya gampang dipahami kok, jadi gak bikin bingung. Lalu penempatan ilustrasi yang gak di semua bab, justru bikin tambah suka, kayak bonus yang gak terkira-kira gitu.

Adegan-adegan yang saya suka di Kismet selain yang udah dijelaskan di sini buat ikut kuis #KismetGoodieBag (semoga menang!), juga ada di halaman 191, ketika Raka ngomong sama Alisya gini:

“Aku juga punya perasaan. You can’t expect me to love Cia, just because you don’t have the courage to be honest to your friend, not to mention yourself. Cia akan tahu, cepat atau lambat. She is not stupid.”
Nah! Kadang cewek-cewek sahabatan yang lagi suka sama cowok yang sama nih suka pada ribut sendiri terus ngelupain perasaan cowoknya. Kan ada saking sayangnya sama sahabatnya terus dia minta si cowok buat milih sahabatnya aja, padahal kan ya si cowok juga berhak milih. Ya, gimana ya. Hidup memang pelik.

Sayangnya, walaupun enjoy banget baca novel ini, ada kekurangannya juga. Yaitu latar New York yang kayaknya kurang ditampilkan secara detail. Terus juga pas Alisya belajar membatik untuk dipakainya di desain baju dia, kan cuma diceritain proses dia belajarnya, padahal saya juga pengin tahu lalu gimana dia mengaplikasikan pada desain bajunya. Yang kurang lagi, tokoh-tokoh di dalamnya belum ada yang bikin jatuh cinta. Agak susah ya suka sama Alisya dan Raka, gak tau kenapa. Tadinya suka sama Cia, cuma di pertengahan sampai akhir dia kayak jarang muncul lagi gitu. Dan maunya sih Hope dikasih bagian yang agak banyak juga ngomongnya, yang lucu-lucu gitu atau gimana misalnya. Ethan lumayan potensial sih, tapi ya belum jadi favorite. Nah, kalau sama Mr. Gajah, saya tadinya suka beneran, tapi ya kok… (gak dilanjut, takut spoiler).

Yang agak janggal menurut saya, di awal bab ditulis “Musim gugur, delapan tahun lalu.” Terus di halaman 121, ceritanya persahabatan Alisya dan Cia udah lima tahun dan dikabarkan Cia melahirkan saat ini. Nah, lalu setelah halaman itu latar waktu jadi beberapa minggu lalu, yang berarti kehitungnya sudah 8 tahun bersahabat. Tapi kok, ini ulang tahun anaknya Cia yang kelima? Berarti harusnya terhitung setelah melahirkan udah 10 tahun dong sahabatannya bukan 8 tahun? Ahahahaha, bingung sendiri. Mungkin karena saya melewatkan detail dan salah ngitung atau gimana, tapi hal ini gak akan ganggu cerita sih. Cuma ganggu saya yang bingung sendiri aja.

Intinya sih novel ini bagus, worth to read banget. Buat yang penasaran ya baca aja, gak perlu ragu. Apalagi kalau ada diskon 30% di toko buku, hahahaha. 3 bintang deh!

Life may bring you wrong turns, but destiny will take you there.

Monday, June 15, 2015

Favorite Scene from Kismet

Do you believe in Kismet? Yes, I do!

Kebetulan lagi ada diskon 30% dari toko buku dan kebetulan ada giveaway #KismetGoodieBag. Oh, tunggu, ini bukan kebetulan, ini kismet.


This is my favorite scene from Kismet:
Halaman 112-113. Waktu Alisya kasih tanggapan dia tentang aborsi. Di sini Alisya tuh kayak bener banget dan narasi dia nancep banget.

“Setiap orang punya pandangan yang berbeda terhadap bentuk dari konsekuensi dan tanggung jawabnya.”

“Banyak orang terjebak ilusi bahwa mereka bisa atau bahkan berhak untuk mengoreksi pandangan orang lain. Padahal apa yang harus dikoreksi jika definisi benar dan salah sendiri berbeda bagi setiap orang.”

Sebenarnya bukan hanya tentang aborsi (dan saya juga bukan mau ngomentarin tentang aborsinya), tapi berbagai hal. Sekarang kadang terlalu banyak manusia yang ngurusin hidup orang lain dan asal menilai tanpa tahu ada apa di balik tindakan yang orang tersebut lakukan. Alasan atau pengalaman apa dibalik keputusan yang dibuat. Bisanya hanya nge-judge. Padahal, sama kayak apa kata Alisya, definisi benar dan salah setiap orang itu berbeda lho. Di sisi lain, semua orang ingin dihargai tindakannya, namun sedikit dari mereka yang menghargai tindakan orang lain.

Di sini, Aliysa menghormati keputusan Cia dan berdoa yang terbaik untuknya. That’s what friends are for, right?

PS: 199 words. Diikutkan dalam event #KismetGoodieBag. Review will be available soon.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...