"With peaks of joy and valleys of heartache, life is a roller coaster ride, the rise and fall of which defines our journey. It is both scary and exciting at the same time." - Sebastian Cole

Saturday, October 24, 2015

Baca Bareng Minjul: Re-Write Mini Review

Re-Write

"Tidak ada kenangan yang bisa kautulis ulang. Tapi mimpi, bisa kaususun kembali."



Emma Grace
Gramedia Pustaka Utama, 2015.

Novel yang bercerita tentang bagaiman cara melupakan masa lalu dan move on untuk kehidupan yang baru dikemas sangat apik oleh Mbak Emma Grace. Salut! 294 halaman yang dirangkum dalam 22 bab plus epilog lumayan bikin emosi ikut naik dan turun saat membacanya. Serta, tentu saja novel ini berhasil membuat rasa penasaran karena rahasia-rahasia yang ditawarkan para tokoh utama.

Bercerita tentang Beth Samodro, cewek 20 tahun yang kuliah di Sydney menemani kakaknya, Sheila. Beth begitu jatuh cinta para Jared Tanudjaja akibat perhatian yang suatu hari dalam di masa SMA yang Jared berikan. Karena rasa cinta yang teramat sangat dan rasa ingin membalas kebaikan Jared masa SMA, Beth mau mengantikan posisi kerja Jared di FashionSheet selama 1 bulan. Jared sering memanfaatkan kesempatan seperti ini karena dia tahu, Beth tidak akan pernah bisa berkata ‘tidak’ atas permintaannya. Di FashionSheet lah kemudian Beth bertemu Derick Bhrasongko. Cowok yang menurut Beth sangat dingin. Rick tidak suka pada orang Indonesia dan benci sekali cewek lemah yang selalu saja mau bilang ‘iya’ karena cinta. Selain kehidupan cintanya, Beth memiliki rahasia yang begitu sakit untuk dia bagi kepada orang lain.

Di awal, rasanya gemes banget sama Beth karena dia nyebelin dan terlalu kemakan cinta banget. Namun sampai di akhir, Beth menunjukan perubahan. Dan aku salut sama Mbak Emma, karena perubahan Beth tidak dijelaskan terlalu ekstrem. Perlahan tapi yang membaca ikut tahu kalau si Beth ini nyatanya berubah.  
Selain tokoh-tokoh utama di atas, ada tokoh pendukung lain seperti Sheila (kakaknya Beth), Stephen, Isla, Judith, Ms. Colleen, dan Gwen. Selain Sheila, tokoh pendukung yang lain seperti kurang porsi di novel ini. Apalagi Gwen dan Ms. Colleen, yang sebenarnya mungkin bisa dibuat lebih ‘banyak omong’ lagi.

Judul yang diambil, “Re-Write”, begitu pas menggambarkan suasana novel secara keseluruhan. Pernah baca di salah satu blog yang mewawancara Mbak Emma, katanya rencana awal novel ini akan diberi judul “The Bucket List”. Untung saja pada akhirnya diganti “Re-Write” ya, karena memang judul ini yang paling cocok, hehe. Layout dalam novelnya juga oke. Begitu simple tanpa ada gambar-gambar khusus, namun justru malah terlihat lebih rapi.

Pemilihan kata yang dipilih Mbak Emma enak banget buat dibaca. Mendukung cerita yang begitu ngalir dan minim typo, bikin novel “Re-Write” ini bisa kita nikmati tanpa harus pusing. Ada beberapa typo yang sebenernya gak terlalu mengganggu.

1. Halaman 33. Ketika Jared lagi ngomong berdua sama Beth, tiba-tiba ada kalimat yang menuliskan Rick yang menghembuskan napas.

2 Halaman 104. Sebenarnya mungkin bukan typo, tapi agak membingungkan. Waktu Rick lagi marah sama Beth dia bilang, “Jawab pertanyaanku!”. Lalu Beth jawab, “kupikir…” dilanjutkan dengan “kupikir jawabanmu itu artinya tidak.” Bingung aja, entah itu harusnya diucapin sama Rick atau kalau diucapin Beth, bukankah harusnya “kupikir jawabanku itu artinya tidak” ya? Hehhehehe.

3. Halaman 180. Ada kata “sa_mar” yang harusnya “samar”.

4. Halaman 236. Font keterangan yang bukan bagian dari surat (di bagian itu ada suratnya), tapi font-nya ikut sama seperti font surat.

Mengenai cerita, menurutku sudah pas. Di awal konflik mulai muncul, di pertengahan cerita satu rahasia mulai terbuka, tapi Mbak Emma gak membiarkan semua rahasia akhirnya terbuka. Namun, clue-clue tetap diberikan biar nebak-nebaknya jadi asik. Alurnya bergerak lumayan cepat, jadi walau dibuat nebak-nebak, tapi gak sampai bikin bosen karena isinya nebak-nebak mulu. Intinya, Mbak Emma pintar menempatkan inti-inti rahasia dimana harus dibongkar.

Pada awalnya, latar Sydney yang digambarkan di novel ini kurang berasa. Namun mendekati akhir, akhrinya kerasa juga. Jadi tahu tentang perayaan natal di Sydney itu salah satunya kayak apa. Untuk rasa ‘young-adult’-nya entah kenapa sampai akhir cerita pun kurang kerasa. Beth dan Rick memang digambarkan berusia 20 tahunan. Dan sikap Beth yang terlalu cinta pun menggambarkan bahwa Beth masih dewasa muda. Tapi ya gak tahu kenapa juga, mungkin karena latar cerita awalnya banyak digambarkan di lingkup pekerjaan.

Oiya, beberapa hal lagi yang menyenangkan ketika baca novel ini adalah banyak nama makanan yang bikin penasaran, judul film yang bisa jadi rekomendasi buat ditonton, dan ada beberapa lagu juga, apalagi lagu Canon in D Mayor itu.

And… one more thing that surprise me! Penasaran dengan maksud dari penempatan lagu Ed Sheeran yang di awal, ternyata terjawab di bagian akhir.

Novel ringan dengan pesan yang cukup mendalam. I definitely will read "Pay it Forward" and another Emma Grace's novels in the future. Thanks, Mbak Emma!

Anyway, I will give my thanks to Beth and Rick too! The best thing about reading book for me is like I got more stories to learn from someone else’s life.

“Kau yang memberitahuku supaya tidak melakukan hal yang tidak ingin kulakukan hanya karena orang lain. Maksudku, itu pasti berlaku sama dengan pendirian, bukan? Tidak mengiyakan pendapat orang yang tidak kusetujui opininya, hanya karena aku sungkan?” 

“Waktu bukanlah sesuatu yang absolut. Dan setiap orang memiliki jam digital mereka masing-masing.” 

“Ketika kau peduli pada seseorang, terluka adalah syaratnya. Terluka merupakan satu bagian yang akan kauterima dan pasti kauterima.”

 PS: Terima kasih banyak untuk Mas Ijul (@fiksimetropop) dan Mbak Emma (@emmagrac3) yang sudah memberi kesempatan untuk ikut dalam kegiatan #BBM_ReWrite ini. Thanks a lot! Untuk Mbak Titin (@agustine_w) juga terima kasih untuk baca bareng seminggu ini. Semoga bisa ketemu suatu saat!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...