"With peaks of joy and valleys of heartache, life is a roller coaster ride, the rise and fall of which defines our journey. It is both scary and exciting at the same time." - Sebastian Cole

Wednesday, October 19, 2016

Komodo Inside - Yuditeha


Komodo Inside
Penulis: Yuditeha
Grasindo, 2014.

Blurb:

Di pulau komodo, Tunas dan kawan-kawan memulai penelitian. Mempertemukan mereka dengan Aida Mose, Labirin Leka (ranger), dan tim peneliti Kell Fraser. Terjadi banyak kisah, salah satunya penemuan serendipity di tengah musim kemarau basah yang dapat mengancam habitat komodo. Seperti pencarian yang akhirnya menuntun kepada perjumpaan, masing-masing kelompok mahasiswa dan kelompok peneliti menemukan takdirnya. Hingga salah satu pemuda bernama Hapsa mengalami kisah misteri dengan gadis bernama Eleanor, sosok yang mengingatkan cerita tentang legenda Pulau Komodo. 

Hapsa, seorang teman yang baik. Mungkin itulah alasannya dia mau ketika dimintai tolong Tunas, temannya untuk menemani dia dan teman-teman Tunas lainnya meneliti komodo di Pulau Komodo (tentu saja!). Penelitian yang dimaksudkan untuk skripsi Tunas dan teman-temannya yang berkuliah di fakultas Biologi UGM.

Penelitian itu di awali dengan perkenalan Hapsa terhadap teman Tunas yang berjumlah 5 orang, Iden, Wenar, Kiara, Nala, dan Ami.

Tidak mudah untuk sampai ke Pulau Komodo, karena saat itu pulau tersebut ditutup untuk pengunjung karena sedang diadakan penelitian terkait iklim yang tidak tentu dan mengancam keadaan komodo. Hanya orang yang berkepentingan lah yang boleh datang, termasuk ketika itu warga sekitar. Karena terlanjur penasaran, rombongan Hapsa dan Tunas akhirnya berbohong kepada petugas, mereka bilang ke sana untuk menghadiri acara pernikahan Tunas dan Aida, teman Hapsa. Barulah mereka boleh masuk.

Ternyata, penelitian mereka pun tidak berjalan lancar. Hal-hal lain yang tidak terduga terjadi di sana. Mengukuhkan rasa pertemanan dan romansa di antara mereka.

YAAAAAH. Pertama, mari beri tepuk tangan dulu karena aku berhasil menyelesaikan novel ini hanya dalam waktu 1,5 jam! Yohooo. Novelnya memang tipis sih, hanya 101 halaman. Aku baca novel ini di kereta Matarmaja tujuan Jakarta dari Solo karena /sigh/ liburan sudah habis /sigh/ jadi harus balik kuliah.. sedih. Anyway, setelah baca aku langsung bikin review-nya dong! Jadi mari beri tepuk tangan lagi (ps: tulisan ini dibuat tanggal 9 Oktober 2016, fyi).

So yeah. Novel ini bercerita tentang rombongan mahasiswa tingkat akhir fakultas Biologi yang harus melakukan penelitian untuk skripsi mereka (kecuali Hapsa dan Ami) dan mereka memilih untuk meneliti komodo.

Isi novelnya padat, padat banget. Seakan tanpa celah halaman. Abis ucapan terima kasih, langsung daftar isi, prolog, langsung ceritanya, epilog, abis itu langsung tentang penulis. Gak ada tuh awalan tiap bab yang biasanya harus di kanan. Kalau ini bab selesai kanan, yang awal bab berikutnya di kiri.

Dari segi ide, novel ini memang ngide banget dan gak biasa. Mengangkat komodo sebagai pusat ide. Itu juga yang bikin aku tertarik. Sudah gitu, covernya pun menarik banget. Jadi ya, tanpa babibu cek goodreads dulu dan mumpung obral, aku ambil aja.

... dan ternyata semua menipu.
Tagline-nya pun menipu.

Gak kok. Novel ini gak jelek-jelek banget. Buktinya aku masih kuat nyelesaiinnya. Awalnya menjanjikan banget. Dan aku nunggu ada suatu yang menakjubkan datang dari tiap halamannya. Tapi, aku gak dapat. Penulis seakan mau menumpahkan semua idenya, semua ilmunya tentang komodo, semua risetnya, berikut kisah (agak) sadis, misteri, juga kisah cinta dalam novel yang dibuatnya cuma 101++ halaman ini. Terlalu banyak ide yang ditumpahkan tapi eksekusinya kurang sekali.

Berikut hal-hal yang bikin aku kurang sreg sama novel ini:

Pertama, dari awal aku bingung, kenapa Tunas harus ditemani Hapsa? Ketika bahkan teman menelitinya sudah 4 orang. Di tengah baru aku tahu, 'oh.. mungkin karena Hapsa sudah pernah ke Pulau Komodo sebelumnya'.

Kedua, ya ampun! Aku bersyukur sih jadi tambah ilmu tentang komodo dan tetek bengeknya tapi ya, gimana ya.. ini judulnya novel bukan buku pelajaran. Memang sih segala ilmu tentang komodo itu disampaikan dalam dialog, tapi kesannya tetap kaku seakan aku lagi baca buku '1001 Hal Tentang Komodo' bukan novel.

Ketiga, plis itu tagline gak menggambarkan isi ceritanya secara keseluruhan. Bahkan nama Eleanor itu hanya dibahas gak sampai 10% dari isi novel. Eleanor kayak hanya lewat saja dan dia jadi tagline.

Keempat, ceritanya kurang fokus. Awal sampai ke tengah, novel ini menceritakan Hapsa dkk., tapi di pertengahan novel kemudian muncul nama-nama baru yang dikenalkan sebagai peneliti khusus, beberapa WNA gitu (yang buat kenapa Pulau Komodo ditutup). Lalu ceritanya berlanjut ke mereka yang mau melakukan aksi, lalu ada yang mati, lalu ya gitu deh.. oke, oke mungkin ini mau memasukkan konflik dan membuat perjalanan Hapsa dkk. jadi berkesan gitu kan. Tapi menurutku, mungkin harusnya ini bisa dieksekusi lebih baik lagi.

Kelima, ada satu bab di awal di mana dikhususkan untuk Tunas memperkenalkan sifat teman-temannya pada Hapsa. Hapsa sih yang minta, biar lebih kenal katanya. Terlalu telling bukan showing. Akan lebih bagus kalau sifat tokoh itu tersirat aja bukan blak-blakan dijelasin gini.

Keenam, kadang ada joke tapi garing. Contohnya:

"Sudah siap?" tanya Labirin begitu dia mendapati mereka do depan rimah Aida.
"Sudah kenyang." jawab Wenar dwngan mimik yang lucu, bermaksud bercanda.
"Ya, berarti SMP dong."
"Apa itu?"
"Sudah makan, pergi."

Krik krik krik.

Ketujuh, ada part di mana keadaan sedang genting dan si Aida sama Ami malah curhat kurang penting padahal saatnya lagi genting. (lol it's rhyme! Contohnya ada di halaman 80)

Kedelapan, romance tiap tokoh yang terlalu dipaksakan. Ya, aku tahu sih love at the first sight itu ada aja. Tapi gak lagi ngomong bahas lain terus bilang 'kamu cantik' sereeeem. Sudah gitu, seakan semua yang ke Pulau Komodo itu akhirnya menemukan kisah cinta mereka di sana kayak wow terlalu monoton dan dipaksakan. Bagus ada selipan kisah cinta, tapi gak yang tiap tokoh gini dong (?)

Kesembilan, ending-nya terlalu dipaksakan juga.

Untuk itu, aku cuma bisa kasih bintang 2. Satu buat ide komodo-nya yang gak biasa, setengah buat covernya, dan setengahnya lagi buat apresiasi karena novel ini berhasil menemani perjalananku di kereta meski kemudian baca dan nulis review-nya bikin pegal (?)

Monday, October 17, 2016

Mr. Commitment by Mike Gayle Review: Jungkir Balik Dunia Duffy



Mr. Commitment 
Penulis: Mike Gayle 
Alih bahasa: Nurkinanti Laraskusuma 
Gramedia Pustaka Utama, April 2011.   

Blurb:

Ben Duffy mencintai Mel, pacar 4 tahunnya, sepenuh hati. Namun, saat Mel mulai membahas tentang pernikahan, Duffy terus menghindar. Dia mencintai Mel tapi tidak mau melakukan komitmen sebesar pernikahan. Kata-kata “Hingga maut memisahkan” terdengar begitu mengerikan baginya.
Hal itu sempat membuat hubungan mereka merenggang, hingga Duffy akhirnya mengiyakan ajakan Mel untuk menikah. Mereka bertunangan.
Semuanya tidak berjalan lancar. Pertengkaran terakhir mereka menyadarkan Mel kalau Duffy tidak akan bisa ‘dipaksa’ menikah, dengan cara apa pun. Duffy mencintainya, namun tidak mampu berkomitmen lebih. Dia mencintai Duffy, tetapi tidak mau mempertahankan hubungan yang tidak akan ke mana-mana. Dengan keputusan sepihak dari Mel, hubungan mereka berakhir.
Duffy kalut. Terutama saat dia mendapati Mel sudah bersama laki-laki lain, sebulan setelah perpisahan mereka. Dia mencoba melanjutkan hidup, berkencan dengan ‘Cewek TV Terpanas’, dan belajar merelakan Mel.
---
JUNGKIR BALIK DUNIA DUFFY 

“Orang selalu bercerita bagaimana fantastisnya sebuah hubungan pada awalnya, dan tentu saja semua membenci hubungan itu ketika berakhir, tapi bagaimana dengan tengahnya? Bagian tengah saat kau mengetahui semua yang bisa kau ketahui. Saat kau bisa memandang orang yang kaucintai dan tahu apa yang mereka pikirkan; melihat sesuatu di televisi dan tahu bagaimana mereka akan bereaksi; saat kau tahu persis apa yang akan mereka kenakan untuk datang mengunjungimu.” (halaman 244) 

Benjamin Dominic Duffy anti terhadap komitmen. Pada umurnya yang ke-28 tahun, dia akhirnya menyadari bahwa hidup penuh pilihan. Mel, kekasihnya yang sudah 4 tahun berhubungan dengannya, secara tiba-tiba ingin bertunangan. Duffy tidak yakin apakah dia bisa mewujudkan keinginan Mel. Dia sangat mencintai Mel, tapi satu-satunya yang tidak ia inginkan di dunia ini ialah, komitmen. Walau akhirnya Duffy meng-iya-kan ajakan Mel untuk menikah dan akhirnya mereka bertunangan. Duffy tidak lantas yakin dan hal itu justru menimbulkan masalah dan perpecahan dalam hubungannya dengan Mel. 

Hal demi hal terjadi. Hidupnya dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang membawanya mengerti bahwa pilihannya kini hanya satu: dengan Mel atau tanpa Mel. 

INI NOVEL DEWASA YA 

Kalau penulisnya orang Indonesia, novel ini pasti masuk lini metropop. Karena masalah yang dihadapi adalah masalah orang modern banget. Aku menikmati tiap lembar yang kubaca meski agak tersendat-sendat, karena sebenarnya untuk novel 370-an halaman, masalah yang ditawarkan novel ini sebenarnya tidak terlalu besar. Tapi penulis dan penerjemah di sini bisa menghadirkannya dengan rangkaian kata yang enak, jadi diikutinya juga gak bosen. 

Masalah utamanya adalah apa yang terjadi di hidup seorang Duffy ketika usianya sudah tidak tergolong muda lagi, 28 tahun. Bagaimana dia dihadapkan terhadap suatu kejadian yang mengharuskannya berkomitmen. Aku suka karena di novel ini tokoh hero-nya tidak ditampilkan sebagai tokoh yang ‘wow ganteng hebat aku suka banget’ tapi tokoh biasa saja yang justru cenderung agak pecundang (?) Duffy yang bilang sendiri sih haha, katanya mengutip salah satu perkataan orang, kalau usia kamu sudah 26 tahun dan pulang pergi masih dengan bus, berarti sebenarnya kamu gagal hidup nyaman gitu. 

Aku juga suka tiap tokoh yang dihadirkan. Seakan bukan tokoh sambil lalu saja dan semua punya karakter masing-masing. Menjadikan novel ini itu rasanya ‘adaptable’ banget kalau buat jadi film. Tipikal alur pelana kuda. Nah, tapi kekurangannya, seakan aku gak bisa bayangin perawakan-perawakan dari tiap tokohnya. Di kepalaku hanya ada imajinasi bebas aja deh jadinya. C

over (versi bahasa Indonesia) nya menggoda. Simple tapi eye-catching. Awal pilih buku ini pun, ya karena cover-nya. Alasan yang kedua, karena di blurb ada tulisan ‘IKEA’ (iya, sesimpel itu haha). Cantik banget cover-nya dengan menunjukan 2 gelas, satu biru, satu merah. Yang merah pasti punya Mel, ada tulisan ‘I love you’, yang biru pasti punya si Duffy nih, ada tulisan dengan post-it entah itu ‘I leaving you’ atau ‘I learning you’ (?) dan sebuah cincin. Cantik. Bagus. Ditambah dengan warna biru muda, aaaaa bagus. 

Overall, aku menikmati sih pas baca novel ini. Tapi gak sampai yang jatuh cinta banget. Worth to read! 3,5 of 5 stars.

Sunday, October 16, 2016

Yamaniwa - Netty Virgiantini


Yamaniwa
Penulis: Netty Virgiantini 
Gramedia Pustaka Utama, November 2013. 

Blurb:


Perselingkuhan tidak perlu alasan dan tidak termaafkan!

Niwa tidak menyangka pengkhianatannya pada Yama, kekasih di masa lalu, harus ditebus dengan sangat mahal: hubungan cinta yang selalu kandas di tengah jalan.

Dalam sepuluh tahun, sudah lima laki-laki meninggalkannya. Bahkan menurut ramalan sahabatnya, ia bakal patah hati 995 kali lagi!

Namun yang terberat, Niwa menyadari sesungguhnya ia masih sangat mencintai Yama, tepat ketika pria itu muncul dan meminta Niwa membuatkan kebaya pengantin untuk calon istrinya. Apakah ini karma yang masih harus dibayar Niwa atau ini sekadar pembalasan dari Yama?

Jika memang ada karma cinta, Niwa ingin membayar semua dosa masa lalunya pada Yama, agar ia bisa segera move on dari pria itu. Tapi jika ini pembalasan... 


Ketika Cinta Bertemu Karma 

Kisah ini dimulai ketika semua tokohnya masih sama-sama duduk di bangku SMK. Niwa, yang waktu itu mengambil jurusan jahit bersahabat dengan Era, dari jurusan boga. Era sejak SMK sudah berpacaran dengan Agas yang kemudian memperkenalkan Niwa pada Yama, yang sama-sama dari jurusan otomotif sama seperti Agas. Mereka kemudian saling berhubungan sampai suatu hari saat Agas sudah lulus dan harus pergi ke Jakarta, Niwa mulai bermain hati. 

Pengkhianatan dan perselingkuhan Niwa akhirnya ketahuan juga oleh Yama. Sejak saat itu keduanya tidak lagi berhubungan. Dalam kurun waktu 10 tahun, banyak laki-laki silih berganti mengisi hati Niwa, tapi Niwa selalu saja tersakiti. Sepertinya ini karma! Niwa sesungguhnya masih sangat mencintai Yama. Ia menyesal atas kejadian 10 tahun lalu, namun belum sanggup meminta maaf. Suatu hari, Yama tiba-tiba datang mengunjungi toko jahit Niwa dan meminta Niwa membuatkan kebaya untuk calon istrinya. Hati Niwa sangat sakit. Meski ia tidak mau, namun pekerjaan ini harus ia lakukan untuk menebus kesalahan masa lalunya. 

Yamaniwa. Lucu ya judulnya? Awalnya kukira ini semacam bahasa asing mana yang berarti sesuatu. Ternyata sebuah gabungan nama. Bercerita tentang dunia jahit-menjahit (?) dan pengkhianatan cinta dari seorang perempuan. 

Kisah di novel ini, yang merupakan salah satu finalis lomba novel amore, mudah diikuti. Pemilihan katanya membuat novel ini mudah dipahami, ya walau ada campuran bahasa jawa-nya juga, tapi bahasa jawa-nya masih yang standard-standard aja kok. Kisah yang mengambil latar di Semarang ini, sebenarnya alurnya mudah ditebak. Aku sudah bisa menebaknya sejak di pertengahan novel karena ya, petunjuk-petunjuknya terlalu jelas. Nah, tapi hebatnya penulis, meski mudah ditebak novel ini tidak terasa membosankan dan bahkan tetap bikin aku baca sampai akhir. 

Yang aku pertanyakan adalah, kenapa latarnya harus di Semarang? Penasaran aja sih, kerena kayaknya gak ada yang terlalu khusus di kota itu dalam novel ini kecuali tempat belanja beli bahan yang di Citraland. Tokohnya yang serba ceplas-ceplos memang membuat novel ini lucu sih, meski agak diherankan karena terlalu ceplas-ceplos (?) apalagi si Sisil itu, aku jadi kurang suka sih. Karena ya, terlalu ceplas-ceplos itu untuk ukuran dia yang beda 10 tahun mungkin ya sama Niwa. 


Kisah rumah tangga Era dan Agas juga sempat dibahas di sini, agak-agak tengah ke akhir. Menurutku, itu agak kurang ‘nendang’ kisahnya? Bukan tempelan juga sih, tapi kayak ada yang kurang dari kisah itu. Aku tahu maksudnya mungkin ingin tambah menyadarkan Niwa, tapi ya cerita Era dan Agas seperti kurang eksekusi. Tapi overall, cerita di novel ini masih tergolong sangat nyaman untuk diikuti.

Aku belum banyak baca novel amore sih, tapi dari beberapa novel amore yang sudah saya baca, ini sepertinya yang paling lumayan. 3 of 5 stars!

Friday, October 14, 2016

What to Buy: 5 Rekomendasi Buku Fiksi Obral Mizan Sepanjang Tahun 2016 di BUKABUKU

Buat kamu penggemar buku fiksi sekaligus pencinta obralan, pasti senang banget kan dengan promo yang diadakan mizan. Yap! Obral buku sepanjang tahun 2016 dengan harga mulai dari 1000 rupiah saja alias nyaris gratis!

Sebenarnya, gak tahu juga sih kenapa mizan berbaik hati sekali mengadakan promo ini. Bekerja sama dengan bukabuku, gila oi, banyak banget buku yang awalnya di atas 50k jadi cuma di bawah 30k aja! Gils gils gils! Promo ini sudah ada sejak tahun 2014 kayaknya, soalnya aku ingat banget tahun 2014 juga aku sudah ngacak-ngacak web bukabuku karena tergiur harganya. Dan masih ada sampai sekarang.

Mungkin promo ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat baca warga Indonesia sejak usia dini kali ya, soalnya banyak juga tuh buku anak yang harganya cuma 5000-an. Atau juga, dimaksudkan untuk ngabisin stock di gudang.

Nah, aku tahu banget deh ketika dihadapkan pada diskon besar-besaran pecinta buku murah pasti kalap. Padahal buku yang dibeli belum tentu memuaskan. Kan lumayan tuh kalau kecewa. Untuk itu, menghidari kalian semua, khususnya pecinta fiksi, dari kekecewaan, aku mencoba buat postingan ini. So here we go, sebelum masa obralnya berakhir juga kan hahaha.

5 Buku Rekomendasi Obral Mizan di BUKABUKU



Aku sudah pernah menulis kecintaanku terhadap buku ini di sini: I Got Starstruck by Wonderstruck. Yap, untuk yang suka kisah anak-anak kekeluargaan, buku ini wajib beli banget! Harganya di bukabuku cuma 22500! No need the word to say, cepetan langsung masukin ke keranjang belanja aja.



Eve Shi memang terkenal sebagai penulis kisah horor. Tapi novel yang ini bukan horor. Bercerita tentang kisah anak perempuan, seorang member salah satu girl group di Indonesia, novel ini bakal bikin kita kepikiran JKT48 terus. Lol. Sepertinya sih memang novel ini terinspirasi dari girl group itu. Seru kok! Tema utamanya tentang anak perempuan. Ceritanya peralihan teenlit ke 'young adult' gitu. Gaya nulis Eve Shi yang apik banget, sejujurnya bikin aku gak bosan pas baca novel ini. Mungkin kamu juga gak akan bosan (?)

Di bukabuku harganya cuma 12000! Go grab yours!



Kalau ini komik dari Rusia. Pernah nonton Monster House gak? Menurutku, komik ini punya vibe yang sama kayak Monster House. Menakutkan iya, tapi heart warming juga. Gambar komiknya bagus dan full colour! Bercerita tentang gadis rusia yang terperosok ke lubang dan di sana dia ketemu hantu berusia ratusan tahun yang dulunya juga terperosok di lubang itu.

Harganya di bukabuku cuma 14000.



Kalau yang ini, ceritanya sih bukan yang bagus-bagus amat ya. Tapi packaging, cover, dan pembatas bukunya bagus! Gak bagus-bagus amat tapi bukannya gak bagus. Maksudnya yang biasa aja. Tapi bukan yang mengecewakan juga. Tapi tetap aku rekomendasikan karena lumayan aja buat mengisi waktu luang kamu dan buat ngisi koleksi kamu yoho! Cover-nya collectable banget sih.

Bercerita tentang Erik dan Anya (?) yang merupakan mahasiswa jurusan seni. Kita bakal diajak mengetahui kehidupan mahasiswa seni di IKJ. Seru kok!

Di bukabuku harganya 17000.



Kalau yang ini bercerita tentang penulis patah hati yang memutuskan untuk pergi jalan-jalan dengan berbekal sepeda dan tas 1 doang. Semacam kabur sih sebenarnya. Kita bakal diajak menemukan kehidupan lain yang bakal bikin cara berpikir si penulis ini berubah juga. Cara berceritanya seperti novel terjemahan. Buku ini asik dibaca sambil dengerin lagunya Jason Mraz yang Long Drive!

Harganya di bukabuku 12000.

Yup

Itu dia rekomendasiku buat kalian yang mau memanfaatkan promo mizan di bukabuku. Kalau dibeli semuanya harganya cuma 77500 kok, gak sampai 100000 bahkan. Hahaha.

Well yeah, tapi ini murni hanya pendapat dan seleraku aja ya. Semoga selera kita sama jadi pengalaman kalian juga menyenangkan kalau nanti memutuskan untuk beli rekomendasiku.

Sedikit pengelaman tentang belanja di bukabuku: praktis dan proses pemesanannya mudah. Tinggal masukin keranjang, isi alamat, pilih metode bayar, bayar deh. Adminnya juga ramah. Kalau ada apa-apa kita bisa langsung tanya via email atau mention @bukabuku atau @bukabukucs. Kekurangannya, proses pencarian di gudang penerbit dan pengirimannya itu agak lama. Yang paling makan waktu sih di proses pencarian buku di gudang penerbit. Jadi sabar-sabarin aja ya. Untuk buku obralan mizan lainnya, lihat di web bukabuku aja ya.

See ya!

Saturday, October 8, 2016

Pink Project - Retni SB



Pink Project
Penulis: Retni SB
Gramedia Pustaka Utama, Juli 2009. 

Blurb:   


Puti Ranin berang sekali ketika Sangga Lazuardi menyerangnya di ruang publik, di koran. Sangga mengejeknya sebagai katak dalam tempurung yang mencoba berceloteh tentang dunia! karena berani memberi penilaian terhadap lukisan tanpa pengetahuan yang memadai.

Bah! Dia memang awam dalam soal seni, seni lukis khususnya, tapi apakah itu berarti dia tidak boleh mengapresiasi sebuah karya? Dan baginya, lukisan Pring menyentuh kalbunya. Sangga Lazuardi sangat pongah. Kesombongan lelaki itu membuat Puti mati-matian membela dan mengagumi Pring, pelukis yang dicela Sangga.

Namun yang tidak dimengertinya... Sangga Lazuardi selalu muncul dalam setiap langkah hidupnya.... Bagai siluman, Sangga selalu muncul di mana pun dirinya berada. Apa yang diinginkan lelaki yang telah menghinanya habis-habisan itu?



Cinta tidak jarang dari rasa benci yang terlebih dahulu datang. Begitu kah yang terjadi pada Puti Ranin? Kesukaannya pada sebuah lukisan membuatnya diolok oleh seorang Sangga Lazuardy, pengamat lukisan. Sangga menganggap Puti memberi penilaian terhadap sebuah lukisan tanpa pengetahuan yang memadai. Puti memang bukan seorang pelukis, penggiat seni atau apapun yang berhubungan dengan lukisan, Puti hanya seorang pemilik toko buku yang kebetulan menikmati lukisan karya Pring itu. Dia menulis review terhadap lukisan karya Pring itu hanya sebagai sebuah karya yang indah yang dapat dinikmati orang awam seperti dirinya. Puti jadi kesal dan ingin bertemu langsung dengan Sangga, sebenarnya hanya untuk melihat bagaimana Sangga sebenarnya. 

Pertemuan itu terjadi di sebuah Galeri yang sedang mengadakan pameran lukisan. Di situ juga Puti bertemu Leo, seorang laki-laki yang sok kenal namun cukup membuat Puti nyaman. Sayangnya, Pring, pelukis kesukaannya tidak datang saat itu. Di lain sisi, Ina, sahabat Puti, yang sedang suntuk dengan hubungannya bersama tunangannya, Niko, justru bersikap tidak seperti dirinya di acara pameran itu. Setelah bertemu Sangga, hari Puti tidak sama lagi. Ina mulai bersikap aneh, Sangga mulai muncul dan mengganggu hari-harinya, dan dia mulai berhubungan dengan Pring, walau hanya lewat dunia maya. Ternyata di balik semua yang terjadi itu, ada sebuah projek yang dilakukan seseorang untuk seseorang yang melibatkan cinta dan orang-orang. 

“Mimpi-mimpi masa lalu, realitas kekinianku, kerinduan, pencarian, dan harapan-harapan hari esok bermain-main di kepalaku penuh warna. Membentuk sebuah lukisan imajiner yang tak mampu kuberi judul. Ah. Di titik ini, kusadari bahwa ternyata aku ini ‘belum penuh’. Aku masih memiliki banyak rongga dan serabut tanpa jalinan. Menunggu dipenuhi.” (halaman 116-117) 

Pink Project. Meski gak ngerti kenapa judulnya harus pink, mungkin karena pink mengibaratkan cinta, novel ini sangat sungguh bisa dinikmati. Pemilihan kata yang dipilih Retni SB di novel ini enak banget dibaca. Karena ini novel lama ya, jadi banyak kata yang nge-trend-nya di masa-masa itu juga. Tapi serius deh, ngalir banget, enak dibaca! Pemilihan lukisan sebagai pengait cerita juga menarik banget. Bukan dengan yang pelukis-pelukis banget, tapi ya sedikit-sedikit adalah belajar tentang dunia lukis dari novel ini. Cara menyampaikannya juga gak menggurui. Novel ini lebih banyak showing daripada telling, jadi ok. 

Dari segi cerita, ya lumayan sih. Bukan sesuatu yang ditawarkan. Tetap love-hate relationship gitu. Memang pada dasarnya, cerita di novel dibuat dengan segala kebetulannya lah ya, tapi di Pink Project ini, kebetulan-kebetulan yang terjadi itu berkesan halus banget, jadinya bisa dimaklumi gitu. Bukan yang tiba-tiba aja ada, tapi memang seperti sudah dipertimbangkan kapan dimunculkan. Suka deh kalau gak ada tokoh yang jahat. Walau sebal kalau ada hal-hal yang miss communication gitu, bikin gemas, untungnya di novel ini gak dibuat berlarut-larut. 

Tokoh-tokoh di dalamnya juga seperti benar-benar hidup. Ada interaksinya, gak cuma disebut-sebut aja. Suka sekali sama Imo, adik Puti. Tapi rasanya dia agak gak cocok buat anak 20 tahunan gitu ya? Enaknya dia jadi anak SMA aja gitu sih. Sayangnya untuk Puti, justru aku gak bisa bayangin dia gimana, maksudnya di novel ini kayak gak dijelaskan perawakannya, hanya sifatnya aja. Jadi menghayal bebas aja gimana kayaknya Puti itu. Pemilihan nama tiap tokohnya juga lucu. Indonesia banget tapi bukan nama yang biasa dipakai, kecuali Leo sama Ina dan Niko ya. Hahaha. 

Yang kurang kusuka itu, bagian menjelang ending-nya, bayanganku terhadap Sangga langsung otomatis berubah dan membuat aku jadi kurang suka sama Sangga. Aku juga berharapnya tokoh Leo lebih banyak lagi muncul gitu. Soalnya dia penghidup suasana. 

“Aku tahu apa yang ada di kepalamu. Aku makin cantik kan?” Seperti robot aku mengangguk. “Mau tahu sebabnya?” Aku mengangguk lagi. “Karena aku bahagia. Aku sadar aku bahagia. Sejak dulu sebenarnya bahagia.” “Sebabnya…?” “Cinta. Apa lagi?” (halaman 206) 

Untuk cover, aku suka sih. Meski baca aja agak kenganggu dengan bunga yang di cover depan itu, soalnya itu ternyata gak nyatu kan sama cover pink belakangnya. Jadi pas dipegang saat baca, kayak ada yang ganjal. Tapi bunga di cover-nya bagus. Tulisan cover ‘Pink Project’ itu juga bagus. Dipikir-pikir kalau cover-nya cuma tulisan itu aja tanpa ada apa-apanya juga bagus ya. Hahaha. 


Oh iya, bunga di cover itu juga ada di tiap pergantian bab, nah itu yang justru ganggu. Soalnya kadang nutupin tulisan. 

Btw, karena ini metropop terbitan lama jadi gak ada pembatas bukunya atau karena aku belinya di obralan pembatasnya hilang (?) tapi aku belinya masih segel sih, jadi mungkin memang gak ada yang pembatas bukunya kali ya. 

Cerita: 3 dari 5 
Tokoh: 4 dari 5 
Pemilihan kata dan kenikmatan dibaca: 5 dari 5 
Cover dan packaging: 4 dari 5 

Total: 4 dari 5 bintang. YOHOOOO!

Friday, October 7, 2016

Taylor Swift Book Tag

Getting bored during holiday (yes, I am still on my holiday! though it's only 2 days left), so I searching something interesting and I found this book tag! I should be doing this thing in 2014, but whatever, let's doing this now! I found this @ Kubikel Romance.

TAYLOR SWIFT BOOK TAG



1. We Are Never Ever Getting Back Together

pick a book or series that you were pretty sure you were in love with, but then wanted to break up with.

Delirium. Aku beli buku pertamanya yang terjemahan dan coba baca karena sepertinya banyak orang yang suka. Namun.. entah karena faktor apa, mungkin terjemahannya yang gak enak dibaca atau ceritanya yang lama banget berjalan atau keduanya. Yang jelas kemudian aku jadi malas bacanya, berhenti di tengah dan malas juga beli buku lanjutannya.

2. Red

pick a book with a RED cover.

Shout out to:

Balada Ching-Ching - Maggie Tiojakin



Sylvia's Letters - Miranda Malonka




3. The Best Day

pick a book that makes you feel nostalgic.

Jurnal Jo!
Kayaknya ini buku teenlit terbagus yang kubaca pas SMP. Soalnya permasalahannya anak sekolah banget. Sayang aku belum baca yang Jurnal Jo ketiga dan sayang juga, Jurnal Jo buku pertamanya hilang.

4. Love Story

pick a book with forbidden love.

Autumn Sky - Aiu Ahra. Cerita antara Chika yang jatuh cinta sama kakak tirinya, Yukito.

5. I Knew You Were Trouble

pick a book with a bad character you couldn’t help but love.

Harris Risjad, cowok playboy (?) yang suka ganti-ganti pacar tapi begitu loveable dan disukai banyak orang.

6. Innocent (written b/c of Kanye West!)

pick a book that someone ruined the ending for.

Girls in the Dark. Hmmm, sebenarnya gak jadi sebal sih. Soalnya waktu itu teman juga dapat tahunya dari sebuah blog buku. Terus kita bahas sebelum baca kan. Tapi pas baca masih kerasanya deg-degan dan nebak-nebaknya sih walau sudah agak tahu siapa pelakunya.


7. Everything Has Changed

pick a character from a book who goes through extensive character development.

Addie dari cerita ketiga di Let it Snow, The Patron Saint of Pigs karya Lauren Myracle. Cuma cerpen sih, tapi dalam satu cerita pendek itu Addie berhasil berubah yang wow dan membanggakan, jadi lebih bertanggung jawab.

8. You Belong With Me

pick your most anticipated book release.

Ilana Tan's new book please. Aku tahu sih dia baru nerbitin novella lanjutan Winter in Tokyo. Aku belum baca juga. Tapi please deh, aku sudah kangen sama tulisan Ilana Tan dan butuh baca novel barunya. So yeah. Please pretty please.

9. Forever and Always

pick your favorite book couple.

Lara Jean - Peter. I should read Ps. I still Love You ASAP.


Yoo Chae - Yoon Pyo dari Cheecky Romance. Dokter dan pekerja tv ini kayak kucing dan tikus tapi ngangenin.

10. Come Back, Be Here (ps: this is my fav song!)

pick the book you would least like to lend out, for fear of missing it to much.

Gak ada atau belum ada (?) aku suka minjemin bukuku asal orang itu ngerawatnya. Soalnya, aku jadi bisa ngobrol tentang buku itu sama dia kalau dia selesai baca. Waktu itu ada sih kejadian temanku pinjam dan dia menghilangkan pembatas bukunya. Sedih iya. Tapi aku gak kapok minjemin sih. Cuma lebih hati-hati aja. Sering-sering nanyain keberadaan bukuku.

Bonus Questions
11. Teardrops On My Guitar

pick a book that made you cry a lot.

Looking for Alaska - John Green. Bagian setelah 'before' dan sebelum 'after' i cri. Nangis dalam hati sih, soalnya pas banget baca itu pas lagi di angkot huuu.

12. Shake It Off

pick a book that you love so much, you just shake off the haters.

Ika Natassa's. Kecuali yang A Verry Yuppy Weeding. Banyak yang gak suka kan ya, lebih banyak yang suka juga sih sebenarnya. Jadi ya, well, aku dibagian yang suka dan gak peduli aku sama yang gak suka. Aku suka-suka aja bacanya.




Selesai. Menyenangkan sekali.
See ya!

Ps: © for every picture belong to the owner. I just found it on google.

Thursday, October 6, 2016

Bambina - Angie Wiyaniputri


Bambina
Penulis: Angie Wiyaniputri
Cover: Marcel A. W.
Gramedia Pustaka Utama, November 2012.

Blurb:


Appetizer
Seperti salad di makanan pembuka Bambi, Mr. Kim sang pujaan hati bagaikan buah-buahan segar yang menggiurkan, sedangkan Leo, yang membuat Bambi melakukan the most embarrassing moment in her life, hanyalah selada hijau yang menjadi alas dasar piring salad. Bambi membenci Leo sang partner.

Soup
Leo selalu mengingatkan Bambi pada rasa HOT tabasco yang dimasukkan ke mangkuk sup tomat. Berada di samping Leo membuat Bambi selalu penuh dengan emosi. Berbeda sekali dengan Mr. Kim si pria romantis, kejutan-kejutan indah yang diberikannya seumpama wortel dan buncis yang mewarnai sup bening Bambi.

Main Course
Mr. Kim adalah kimchi jigae, sedangkan Leo adalah beef bourguignon. Bambi harus memilih salah satu menu untuk hidangan utamanya. Ia bukan wanita rakus. Tapi yang mana? Keduanya sangat enak!

Dessert
Pria itu bagaikan tiramisu di hidangan penutup Bambi. Selain mempunyai rasa manis dari cream mascarpone, tiramisu juga mempunyai rasa pahit dari kopi espresso. Tiramisu adalah kue kesukaan Bambi!



“Bambi melihat jam tangannya untuk ketiga kali. Pukul 17.33.”

Makanan selalu membawa sebuah kebahagiaan. Bambina Utama suka memasak. Untuk mewujudkan keinginannya menerbitkan buku resep, dia memerlukan seorang fotografer handal untuk memotret makanan yang ia masak. Hal itu mempertemukannya dengan Leo yang sudah menyebalkan sejak awal. Di lain sisi, Bambi menyimpan perasaannya pada Mr. Kim, pemilik restoran pasta yang gemar ia kunjungi. Leo si bule Paris vs. Mr. Kim si orang Korea. Siapa yang Bambi jadikan tempat hatinya berpijak?

Leo selalu menyebalkan, blak-blakan, seenaknya, dan sering sekali membuat Bambi sebal bahkan sejak pertama kali mereka berkenalan. Berbeda jauh dengan Mr. Kim yang sangat sopan, penyayang, dan selalu menghargai Bambi. Dibalut dengan segala macam masakan Bambi, novel ini mengajak kita mengetahui siapa yang Bambi pilih..

YAAA. Bingung gimana lagi mau ceritaiinnya. Ceritanya memang seperti itu saja. Jujur sejujurnya, aku gak suka novel ini. Terlalu banyak hal yang ganjal dan tiba-tiba dan menyebalkan. Contohnya, adegan di buka dengan Bambi yang nunggu Leo di restoran Mr. Kim. Karena si Leo lama gak datang dan pas itu juga mereka belum kenal muka, Bambi akhirnya memutuskan diri untuk teriak ‘siapa di sini yang namanya Leo?’ YAAAA. Terus di malu. Abis itu dia marah sama Leo karena bikin dia malu. Nah, masalahnya oke sih kalau  dia marah sama Leo karena Leo lama datang. Ini dia marah kerena Leo bikin dia malu. Padahal dia sendiri yang bikin diri sendirinya malu. Lol Bambi lol.

Novel ini memakai sudut pandang orang ketiga, jadi jangan heran kalau nama Bambi banyak sekali disebut. Bambi Bambi Bambi. Di awal rasanya kayak lagi baca cerpen di majalah BOBO.

Contohnya:
“Huh kesal! Lama banget sih si Leo itu! Sudah ditunggu berjam-jam, tidak muncul juga batang hidungnya! Tidak professional banget sih  dia! Batin Bambi menggerutu.

“Aku tidak bisa bertemu lagi dengan Mr. Kim, pikirnya sedih.

Terus juga, hubungan antar tokohnya terlalu cepat dekat. Belum apa-apa eh sudah suka. Baru ketemu sudah curhat aja. Baru kenal, bahkan ngobrol aja enggak, sudah diundang ke nikahan.. ke Korea lagi! Dan mau lagi! Ke Korea, menghadiri pernikahan seseorang yang baru dikenal gitu lho. Duitnya ya sayang.

Si Bambi ceritanya sudah 23 tahun, tapi rasanya kayak baru lulus SMA deh. Anehnya lagi, rasanya dia kayak orang kaya, tinggal di apartemen besar dan bagus, tapi dia bilang mau bikin buku resep ini buat ngumpulin uang untuk kuliah S2 di Paris. Yaa, harusnya kalau dia lagi ngumpulin duit setidaknya hemat dengan gak tinggal di apartemen atau gimana. Terus harusnya kalau lagi ngumpulin uang, gak gitu aja nerima ajakan orang ke Korea kan?

Di novel ini, Jepang dibilang negara di Asia Tenggara (halaman 70), padahal setahuku Jepang bukan ASEAN (?) di novel ini juga, banyak banget bahasa selain Indonesia yang dipakai. Jadi kayak wow hebat sekali tokoh-tokohnya bisa banyak bahasa hahaha.

Selain itu, masih banyak yang aku herankan sampai aku tekuk-tekuk halamannya.


Ini percakapan Bambi dan Leo lewat sms. Bambi bilang 'ok' langsung, tapi dia menggerutu di belakang. Padahal Bambi bukan orang yang sok baik kalau yang aku baca (?) Jadi harusnya, kalau gak setuju ya jangan langsung bilang ok dong.


Lalu, ada lagi, percakapan Bambi sama Mr. Kim ketika mereka masak. Bambi yang malu dipuji tapi terus nyerocos cerita dia ini itu seakan kan malah jadi pengen tambah dipuji (?)


Banyak sekali yang bikin aku sedih dari novel ini ya. Sedihnya bukan karena terharu, tapi kenapa kok kenapa.. semua tokoh di novel ini terlalu terburu-buru tapi terlalu berlarut-larut juga (masa pemotretan makanan aja harus lama sekali dan Bambi setuju padahal bukankah lebih cepat lebih baik), terlalu menganggu, terlalu ada di mana-mana, dan terlalu tiba-tiba, dan terlalu berlebihan (masa sakit panas aja manja banget ya ampun). Padahal dari konsep, menyatukan cerita cinta dengan makanan itu sudah menarik banget, tapi di novel ini justru fokus makanannya jadi hilang karena saat baca pengen cepat selesai aja, jadi banyak narasi yang dipercepat bacanya. Terlalu lelah. Seakan belum puas bikin yang baca menghela napas, di bagian menjelang ending, eh dibuat cerita baru dan hilang begitu aja. Abis hilang, eh datang lagi begitu aja.

Aku menyelesaikan baca novel ini dengan harapan akan ada bagian yang bisa kusukai, tapi sampai akhir, yang kusuka dari novel ini hanya well, ada resep di bagian akhir novel dan packaging novelnya yang bagus. Tapi rasanya kok menipu ya huhuhu. Aku sampai bingung gimana harus nulisnya. Terlalu banyak yang kupertanyakan, tapi rasanya kalau ditulis semua takut kayak haters eh.

Alasan aku nulis ini sebenarnya ingin menjabarkan yang aku tanyakan, tapi justru malah bingung sendiri. Semoga di novel selanjutnya, bisa lebih baik lagi ya. Semangat!

“God told me that love is patience. Aku akan sabar, sabar sampai secercah harapan itu menjadi kenyataan.” (halaman 198)   

Sayang, hanya 1 bintang untuk novel ini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...