"With peaks of joy and valleys of heartache, life is a roller coaster ride, the rise and fall of which defines our journey. It is both scary and exciting at the same time." - Sebastian Cole

Sunday, January 17, 2016

Awaiting You



Nadya Prayudhi
Stiletto Book, 2015.

Hilang! 
Sam, suami Amora, sang chief editor Majalah Fashionette, mendadak hilang. Di tengah kekalutan dan kekacauan hidupnya, Amora dihadapkan berbagai macam ujian: anaknya bermasalah di sekolah, didekati Lody si brondong di kantornya, mendapat simpati berlebihan dari sahabat sang suami, bertemu kembali dengan cinta lama, dan diteror oleh seorang wanita yang tidak diketahui identitasnya. Semua itu membuat dirinya semakin frustrasi hingga akhirnya Amora memutuskan cuti sementara dari pekerjaannya. 
Seiring berjalannya waktu, ia mulai menemukan foto-foto baru yang diunggah ke laman Facebook Sam–yang membuat Amora semakin bertanya-tanya: 
Ke manakah Sam? Apa yang terjadi padanya? 
Jika dia masih hidup, mengapa tidak menghubungi Amora? 
Akankah dia pulang? Atau, akankah dia menghilang selamanya?


Tanpa ada petunjuk atau hal-hal aneh terjadi sebelumnya, Sam tiba-tiba saja hilang. Awalnya dia hanya ijin ke Amora untuk melakukan perjalanan bisnis ke Tokyo, namun hingga kini tidak ada kabar darinya. Amora kelimpungan karenanya. Seakan penderitaannya belum habis, di kantor dia masih harus bertemu anak baru bernama Lody. Wajah Lody mengingatkan Amora pada seseorang yang ia pun tak yakin siapa. Bukan hanya itu, Gavin, sahabat Sam pun tiba-tiba memberi perhatian lebih ke padanya.

Kepusingan Amora mencari Sam masih harus diganggu dengan urusan anaknya yang bermasalah di sekolah serta masa lalu yang muncul kembali setelah sekian lama. Lalu, bagaimana Amora menghadapi semua masalah itu? Baca selengkapnya di Awaiting You.

Oke, pertama, saya mau berterima kasih dulu sama Stilleto Book yang sudah mengirimi buku ini sebagai hadiah kuis (dan kuisnya itu udah lama banget, maaaaaf). Ahahahaha, gak nyangka banget bisa menang. Btw, review ini harusnya terbit tahun 2015, tapi karena ada kendala, jadi ya, mohon dimaklumi.

Ceritanya asik diikuti kerena mengandung misteri keberadaan Sam. Jadi pembaca diajak penulis untuk mengikuti keseharian Amora semenjak Sam hilang beserta masalah-masalahnya. Unik sih jalan ceritanya, tentang suami yang menghilang. Walau gak gentle banget gitu kerasanya main hilang aja ninggalin anak dan istri. Tapi pasti semua punya alasan ya, begitu juga Sam. Nah, untuk tahu apa alasan Sam, ya kita harus baca dulu dong sampai akhir.

Ada beberapa hal yang janggal menurut saya sih di novelnya, di awal kan ada tuh percakapan suster (penjaga anaknya Amora) dengan si Amora.

“Halo, Ibu? Bu, ini Bilal dan Sabin berantem terus, nih. Suster jadi pusing. Udah Suster pisahin tetap aja lima menit kemudian berantem lagi.”

Agak aneh aja gitu kalau si suster manggil dirinya sendiri ‘suster’, gimana ya, biasanya kan pakai kata ganti ‘saya’ gitu. Hehe, pendapat pribadi aja sih. Terus ada juga adegan dimana Bilal kan katanya lagi diskors, eh, kok, terus sama Amora malah mau dianterin ke sekolah lagi? Itu sayanya aja yang gak fokus pas baca atau gimana ya.

Selain itu, yang saya kurang suka, di novel ini kata ganti ‘saya’ atau ‘aku’ atau ‘gue’-nya gak dipakai konstan. Kadang ada dalam satu kalimat itu pakai saya dan aku sekaligus. Iya sih, dipakainya pas percakapan, cuma kan akan lebih baik kalau konstan aja pemakaiannya biar lebih rapi.

Buat yang kurang suka bahasa campur-campur, di novel ini banyak banget bahasa campur Inggris-Indonesia nya. Saya sih suka-suka aja, karena sekalian belajar bahasa Inggris. Tapi yang membingungkan, kok pas di Singapura dan Amora sedang berbicara dengan chef editor di sana, dia pakainya campuran juga, si ibu chef editor-nya campuran juga bahasa Inggris-Indonesia. Nah, kalau yang kayak gini kan, mungkin lebih bagus kalau gak dibahasa Inggris-kan semua, ya diterjemahkan ke bahasa Indonesia semua gitu, lalu dijelaskan dengan narasi kalau ngomongnya lagi pakai bahasa Inggris. Hehe.

Karena Amora ini udah punya anak, saya berharapnya bakal banyak adegan anak-ibu yang mengharukan atau heart warming gitu, tapi ternyata sedikit. Kerasanya kebanyakan si anak ini sering dipinggirkan aja sama Amora. Padahal kalau anaknya diikutkan dalam kegundahan mencari Sam lebih banyak, kayaknya bakal lebih kerasa galaunya. Ini malah si Amora kabur nyari Sam ke Hong Kong tanpa pamit sama anak-anak dan gak diceritain dia nelpon anaknya atau gimana gitu, saya sedih deh kalau jadi anaknya. Terus juga, menurut saya, untuk ukuran kehilangan suami, Amora ini lambat. Membiarkan clue-clue yang dia tahu mengendap berbulan-bulan. Padahal harusnya kalau nemu clue, langsung samber tanya yang bersangkutan aja gimana, biar Sam cepet ketemu. Alurnya dibuat cepet, tiba-tiba udah dua bulan kemudian, mungkin maksudnya mau menggambarkan kalau Sam ini perginya lama gitu, cuma malah ngebuat kayak si Amora ini kurang gesit nyari suaminya sampai dia menyerah.

Terlalu banyak laki-laki yang berlalu lalang nih, jadi gak fokus cerita sweet-nya mau sama siapa. Ahahaha. Kadang juga fisik laki-lakinya itu diceritainnya telat. Saya baru tahu Gavin itu bule di hampir pertengahan cerita. Terus juga Beamy, awalnya saya kira cewek lho, hahaha.

Yang terakhir.. hmm.. nama lengkapnya Lody.. hmm.. kok gitu ya.. hahaha.. bikin ngakak.. lalu.. hmm.. endingnya.. agak gimana.. protes-able banget.. tapi.. hmm.. saya malah suka ending begitu deh.. gak mainstream jadinya.. hmm.. (ketularan Pak Bambang).

Saya gak bisa bilang kalau saya gak suka novel ini, misteri dimana Sam berhasil bikin saya mau baca sampai akhir. Memang ada beberapa hal yang mengganjal saat baca, cuma itu bisa diperbaiki deh dicetakan berikutnya. Akhir kata, saya mau bilang: Semangat, Amora!

3 of 5 stars.



Friday, January 15, 2016

Critical Eleven


Critical Eleven
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 344 halaman


Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger. 
In a way, it's kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan. 
Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya. 
Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka.
Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya. 

Tanya Baskoro (Anya) bertemu Aldebaran Risjad (Ale) dalam pesawat yang mengantarnya ke Sydney. Berawal dari kejadian yang sebenarnya membuat Anya merasa awkward, obrolan itu berlanjut menjadi saling ketertarikan antara keduanya. Setelah pertemuan mereka di pesawat tersebut, mereka sama-sama tahu hatinya saling tertinggal satu sama lain. Namun, baru setelah sebulan sejak pertemuan itu Ale baru kembali menghubungi Anya. Kemudian mereka mulai pacaran, dan setelah setahun memutuskan untuk menikah dan menjalankan kehidupan pernikahan jarak jauh. Ale yang merupakan seorang ‘tukang minyak’ harus membagi waktunya 5/5 (5 minggu di rig, 5 minggu di Jakarta) dan Anya seorang konsultan di Jakarta. Cerita yang sebenarnya baru mulai di sini, tentang kehilangan, manisnya masa lalu, dan kesempatan kedua.

YAAAAAH. Akhirnya kebaca juga ini buku.

Cerita yang pertama kali muncul sebagai cerpen di kumpulan cerpen metropop berjudul “Autumn Once More” ini sudah berhasil memikat hati saya jauh sebelum ada kabar bahwa kemudian cerita tersebut akan dinovelkan. Sejujurnya, gak pernah menyangka sama sekali ceritanya bakal jadi kayak ‘gini’. Well, it turn out good. Bahkan menurut saya, ini adalah novel terbaik Ika Natassa (I read all her works expect Underground and Divortiare but I already watch the short-movie-adaption and I read Twitvortiare, so.. hehe). Ini novel paling dewasa, paling ‘alim’, paling menyentuh, tapi dari semua label paling itu, tidak menghilangkan ‘ke-witty-an’ dalam tulisan Ika Natassa.

Namun, sebagai pembaca tentunya kadang susah aja buat puas. Saya suka banget sama cerita novel ini, tapi saya butuh percakapan dari Ale dan Anya lebih banyak. (I know the reason why they are not much talking tho, but still..) Lalu, alur cerita yang maju-mundur, hmm kadang saya gemes sendiri karena waktu ada bagian suatu kejadian dan udah penasaran banget gimana kelanjutannya, Anya atau Ale lalu malah kembali ke masa lalu dengan cerita bagaimana mereka dulu. Tapi justru di sini serunya ya, jadi kita para pembaca dibuat sebagai teman dan diceritain banyak banget gitu, macem dicurhatin mereka. Dan setelah saya pikir-pikir, emang manusia tuh suka gampang banget keinget masa lalu dan mau gak mau di otaknya keputer sendiri kejadian masa lalu kan, so this book is so ‘human’.

I love the concept and the story.
I love the cover.
I love Ika Natassa’s writing.
I love how Ika Natassa put Harris and Keara as a special guest in this book. And oh, there is Alex and Beno making cameo too I guess, hehe.
I love the ‘travel is….’ part.
I love the way Ika Natassa describe Jakarta and all the people in this city.

I just love this book. 4 of 5 stars!

“For many of us, Jakarta is not a city. It’s a book full of stories. Termasuk bagiku dan Ale. Terlalu banyak cerita kami berdua yang tersimpan di jengkal-jengkal kota ini.”

Thursday, January 14, 2016

20 Bookish Facts About Me YOOO!

Hai. I started love reading since I can read. Since that, I never knew read and having a bunch of books could be REALLY EXCITING. So without so much babbling (and because I don’t know what to write anymore.. hehe), here are my 20 Bookish Facts About Me:

1. I AM A SLOWREADER. I never finished a book in one sitting (except comic or magazine) and it’s kinda sad because SO MUCH BOOK IN MY TBR-list and oh why I’m reading so slowly..

2. My first ever book I buy in Gramedia Bookstore is “Franklin dan Adiknya” and it happened a looooong time ago.

3. Bookstore is always my kind of short-escape from my so called busy-student-life.

4. I never like comic (bcos I dunno from where to where I should read it!) until I found “Hai, Miiko!” back in around 2008-2009. Thanks to Ono Eriko, I like reading comic now. It’s fun!

5. Peeta Mellark will be my forever book-boyfriend! (Well, I don’t think he is that good now, but still..)

6. … When I read “The Hunger Games”, the part when Peeta is sick in a cave makes me sick too! (I think I really got into that part) HUHUHUHUHU.

7. I LOVE PHYSICAL BOOK. E-book is cheaper but my eyes hurt. :(

8. But now, since there is app called IJAKARTA, I started to read e-book too.

9. After reading some of her books, I realize Prisca Primasari is my favorite local author.

10. I love when my friend borrow a book from me.

11. I’m kinda a proud-reader when I read a book, and then years later it became a movie! (And I hope “Sabtu Bersama Bapak” and “Winter in Tokyo” movie adaption will turn out good!)

12. The scene when Mia had her heartattack in “Sunshine Becomes You” is stays in my head till now and I hope the movie not ruined my imagination (ps: planning to watch it soon).

13. “Staying Strong” book by the one and only Demi Lovato will always be my forever-wishlist. The book is expensive btw.

14. I basically read all genre of book (expect horror), but my favorite genre is romance hehehe.

15. The best time for me to read is before bedtime.

16. I’m in love-hate relationship with ‘book bazaar, discount, etc’ bcos I LOVE the discount but hate the fact I let myself falling for it. I just can’t control it.

17. My best read in 2015 was “Wonderstruck” by Brian Selznick. The book is SO AWESOME.

18. “Malory Towers” the series was my first book-series that I read. It was also the longest series that I ever read (6 books). I REALLY LIKE IT. It was so nice finished the long book-series, now I know what The Harry Potter fans feels, hehe.

19. I used to love poetry and collect some poetry books. (but I still adore Lang Leav, Aan Mansyur, and Adimas Immanuel’s poetry tho).

20. I don't write in my books. The only marks I love to have in my book is the author's sign or note for me.

YEP. That’s it. What about your 20 bookish facts?



Share it too and join #20BookishFactsAboutMeGA by @niafajriyani! Read the details here.

Thursday, January 7, 2016

All The 2015 Wrap Up

Sorry for being late.
AND SORRY FOR MESSING UP ALL THE CHALLENGE.
Sebenernya malu mau post postingan ini. Hehehehehehe. But I write it anyway (shameless!).

1. 2015 Joglosemar Babat Timbunan (FAILED!)



I just can’t control myself everytime I see a place full of books and all the discount (apalagi sejak pindah ke Jakarta).
I.
Just.
Can’t.
WHYYYY.

2. Comic Reading Challenge 2015 (FAILED!)



I read and re-read a bunch of comics this year, but I failed at making review. I only make 4 reviews, what a shame.

3. Receh Untuk Buku 2015 (SUCCEED!)


Update it soon! (Maybe...)

4. Project Baca Buku Cetak (SUCCEED!)



I lost count at how many books I read this year, but I think all the books are physical book tho.

5. New Authors Reading Challenge 2015 (Kinda SUCCEED!)



I choose the easy one, right? 1-15 books. I succeed reading around 18 books (or more?) but I failed at the special challenge.

6. Goodreads Challenge (Kinda SUCCEED!)

Ok. Ok. Kayaknya sih sukses karena banyak buku yang aku baca gak aku masukin ke goodreads. Tapi iya, kok, sukses kok yang ini.

7. One Coin One Star (FAILED!)



Awalnya, excited banget sama challenge ini, biar sekalian nabung. Tapi karena sibuk banget pindahan bulan September (dan sibuk juga sebelumnya itunya), banyak buku yang dibaca kemudian gak dimasukin ke goodreads, jadi lupa udah baca buku apa dan berapa bintang yang dikasih. Jadi lupa juga kalau ikut challenge ini, jadi gak nabung deh. Maybe this year, huh?


SOOOOO. That’s all. Padahal awal tahun 2015 kemaren udah bayangin akhir tahun bakal bikin wrap up dengan hati riang gembira. Tapi kok malah malu gini ya.
Semoga tahun ini nasib ini blog lebih baik. See ya!





Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...