Hujan bulan Juni, lebaran bulan Juli.
Di antara bulan-bulan itulah 10 jari tanganku kembali
menari.
Rasanya sudah sekian lama sampai aku menulis kembali.
Di Ms. Word dalam laptop yang secepatnya harus diganti.
Namun aku sadar kadang yang belum terlalu rusak, jangan
terlalu cepat dikhianati.
Karena, masalahnya, laptop ini penuh dengan tumpahan asa dan
privasi.
Ah, begitukah caraku menikmati akhir bulan Juni?
Ngomong-ngomong, ini sudah bulan Juli.
Lebaran di depan mata, tapi ada saja yang menganjal hati.
Mama sudah mulai membuat kue kering dan parsel untuk diberi.
Sedangkan sudah beberapa tahun ini aku sadar, baju baru
bukan lagi hal yang penting untuk dibeli.
Tinggal beberapa hari lagi untuk bertemu sanak saudara di
hari raya tahun ini.
Lebaran bulan Juli.
Hujan di bulan Juni, seperti puisi karya Pak Sapardi.
Aku mengingat beberapa bulan lalu menjelang UN, kuhapal
puisi ini.
Agar tahu makna dan kucoba untuk menginterpretasi.
Namun, ternyata puisinya tidak keluar di soal yang ku
cintai.
Aku bohong soal mencintai.
Ah, rasanya sudah lama UN berlalu dan sekarang aku jadi
pengangguran sendiri.
Kadang aku berpikir, bagaimana caranya tetap tersenyum saat
hati tertusuk peniti?
Aku ingin tetap tabah seperti hujan bulan Juni.
Dan berbahagia mengingat lebaran ada di bulan Juli.
Tuhan memang punya penuh rencana yang mengiringi.
Misalnya dengan menggandakan kebahagiaan para manusia
menjelang bulan yang berbahagia ini.
Hujan selalu penuh dengan misteri.
Lebaran penuh dengan opor dan ketupat serta sesekali kembang
api untuk selebrasi.
Atau dengan menghadirikan kenyataan bahwa kita bisa bertemu
keluarga jauh setahun sekali.
Semuanya diciptakan untuk membuat kita berseri.
Agar dunia damai terkendali.
Terima kasih hujan bulan Juni, kamu telah mengajari.
Bahwa ada keindahan setelah tumpahan air itu merembes ke
tanah yang digali.
Atau juga jika kita mau lebih mencermati.
Indahnya berkumpul dengan keluarga di lebaran bulan Juli.
Oh, rasanya tulisan ini harus kusudahi.
Intinya ialah, sudah sekian lama semenjak aku menulis
kembali.
Sedikit menumpahkan curahan hati.
Namun tetap penuh dengan bahagia karena hujan di bulan Juni.
Dan lebaran yang tahun ini ada di bulan Juli.
Karena begitulah yang diajarkan sang Ilahi.
Berbahagia dengan berbagi.
Maka cahaya akan mengisi sanubari.
Curahan hati seorang calon istri.
Calon istri masa depan maksudnya, lima sampai sembilan tahun lagi.
Di sebuah kota tempat nikahnya anak Pak Jokowi, 8 Juli.
No comments:
Post a Comment