Re-Write
"Tidak ada kenangan yang bisa kautulis ulang. Tapi mimpi, bisa kaususun kembali."
Emma Grace
Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Novel yang bercerita tentang bagaiman
cara melupakan masa lalu dan move on untuk kehidupan yang baru dikemas sangat
apik oleh Mbak Emma Grace. Salut! 294 halaman yang dirangkum dalam 22 bab plus
epilog lumayan bikin emosi ikut naik dan turun saat membacanya. Serta, tentu
saja novel ini berhasil membuat rasa penasaran karena rahasia-rahasia yang
ditawarkan para tokoh utama.
Bercerita tentang Beth Samodro,
cewek 20 tahun yang kuliah di Sydney menemani kakaknya, Sheila. Beth begitu
jatuh cinta para Jared Tanudjaja akibat perhatian yang suatu hari dalam di masa
SMA yang Jared berikan. Karena rasa cinta yang teramat sangat dan rasa ingin
membalas kebaikan Jared masa SMA, Beth mau mengantikan posisi kerja Jared di
FashionSheet selama 1 bulan. Jared sering memanfaatkan kesempatan seperti ini
karena dia tahu, Beth tidak akan pernah bisa berkata ‘tidak’ atas
permintaannya. Di FashionSheet lah kemudian Beth bertemu Derick Bhrasongko. Cowok
yang menurut Beth sangat dingin. Rick tidak suka pada orang Indonesia dan benci
sekali cewek lemah yang selalu saja mau bilang ‘iya’ karena cinta. Selain kehidupan
cintanya, Beth memiliki rahasia yang begitu sakit untuk dia bagi kepada orang
lain.
Di awal, rasanya gemes banget
sama Beth karena dia nyebelin dan terlalu kemakan cinta banget. Namun sampai di
akhir, Beth menunjukan perubahan. Dan aku salut sama Mbak Emma, karena
perubahan Beth tidak dijelaskan terlalu ekstrem. Perlahan tapi yang membaca
ikut tahu kalau si Beth ini nyatanya berubah.
Selain tokoh-tokoh utama di atas,
ada tokoh pendukung lain seperti Sheila (kakaknya Beth), Stephen, Isla, Judith,
Ms. Colleen, dan Gwen. Selain Sheila, tokoh pendukung yang lain seperti kurang
porsi di novel ini. Apalagi Gwen dan Ms. Colleen, yang sebenarnya mungkin bisa
dibuat lebih ‘banyak omong’ lagi.
Judul yang diambil, “Re-Write”,
begitu pas menggambarkan suasana novel secara keseluruhan. Pernah baca di salah
satu blog yang mewawancara Mbak Emma, katanya rencana awal novel ini akan
diberi judul “The Bucket List”. Untung saja pada akhirnya diganti “Re-Write”
ya, karena memang judul ini yang paling cocok, hehe. Layout dalam novelnya juga
oke. Begitu simple tanpa ada gambar-gambar khusus, namun justru malah terlihat
lebih rapi.
Pemilihan kata yang dipilih Mbak
Emma enak banget buat dibaca. Mendukung cerita yang begitu ngalir dan minim
typo, bikin novel “Re-Write” ini bisa kita nikmati tanpa harus pusing. Ada beberapa
typo yang sebenernya gak terlalu mengganggu.
1. Halaman 33. Ketika Jared lagi
ngomong berdua sama Beth, tiba-tiba ada kalimat yang menuliskan Rick yang
menghembuskan napas.
2 Halaman 104. Sebenarnya mungkin
bukan typo, tapi agak membingungkan. Waktu Rick lagi marah sama Beth dia
bilang, “Jawab pertanyaanku!”. Lalu Beth jawab, “kupikir…” dilanjutkan dengan “kupikir
jawabanmu itu artinya tidak.” Bingung aja, entah itu harusnya diucapin sama
Rick atau kalau diucapin Beth, bukankah harusnya “kupikir jawabanku itu artinya
tidak” ya? Hehhehehe.
3. Halaman 180. Ada kata “sa_mar”
yang harusnya “samar”.
4. Halaman 236. Font keterangan yang
bukan bagian dari surat (di bagian itu ada suratnya), tapi font-nya ikut sama
seperti font surat.
Mengenai cerita, menurutku sudah
pas. Di awal konflik mulai muncul, di pertengahan cerita satu rahasia mulai
terbuka, tapi Mbak Emma gak membiarkan semua rahasia akhirnya terbuka. Namun,
clue-clue tetap diberikan biar nebak-nebaknya jadi asik. Alurnya bergerak
lumayan cepat, jadi walau dibuat nebak-nebak, tapi gak sampai bikin bosen
karena isinya nebak-nebak mulu. Intinya, Mbak Emma pintar menempatkan inti-inti
rahasia dimana harus dibongkar.
Pada awalnya, latar Sydney yang
digambarkan di novel ini kurang berasa. Namun mendekati akhir, akhrinya kerasa
juga. Jadi tahu tentang perayaan natal di Sydney itu salah satunya kayak apa. Untuk
rasa ‘young-adult’-nya entah kenapa sampai akhir cerita pun kurang kerasa. Beth
dan Rick memang digambarkan berusia 20 tahunan. Dan sikap Beth yang terlalu
cinta pun menggambarkan bahwa Beth masih dewasa muda. Tapi ya gak tahu kenapa
juga, mungkin karena latar cerita awalnya banyak digambarkan di lingkup
pekerjaan.
Oiya, beberapa hal lagi yang
menyenangkan ketika baca novel ini adalah banyak nama makanan yang bikin
penasaran, judul film yang bisa jadi rekomendasi buat ditonton, dan ada
beberapa lagu juga, apalagi lagu Canon in D Mayor itu.
And… one more thing that surprise
me! Penasaran dengan maksud dari penempatan lagu Ed Sheeran yang di awal,
ternyata terjawab di bagian akhir.
Novel ringan dengan pesan yang cukup mendalam. I definitely will read "Pay it Forward" and another Emma Grace's novels in the future. Thanks, Mbak Emma!
Anyway, I will give my thanks to Beth and Rick too!
The best thing about reading book for me is like I got more stories to learn
from someone else’s life.
“Kau yang memberitahuku supaya tidak melakukan hal yang tidak ingin kulakukan hanya karena orang lain. Maksudku, itu pasti berlaku sama dengan pendirian, bukan? Tidak mengiyakan pendapat orang yang tidak kusetujui opininya, hanya karena aku sungkan?”
“Waktu bukanlah sesuatu yang absolut. Dan setiap orang memiliki jam digital mereka masing-masing.”
“Ketika kau peduli pada seseorang, terluka adalah syaratnya. Terluka merupakan satu bagian yang akan kauterima dan pasti kauterima.”
No comments:
Post a Comment