Nadya Prayudhi
Stiletto Book, 2015.
Hilang!
Sam, suami Amora, sang chief editor Majalah Fashionette, mendadak hilang. Di tengah kekalutan dan kekacauan hidupnya, Amora dihadapkan berbagai macam ujian: anaknya bermasalah di sekolah, didekati Lody si brondong di kantornya, mendapat simpati berlebihan dari sahabat sang suami, bertemu kembali dengan cinta lama, dan diteror oleh seorang wanita yang tidak diketahui identitasnya. Semua itu membuat dirinya semakin frustrasi hingga akhirnya Amora memutuskan cuti sementara dari pekerjaannya.
Seiring berjalannya waktu, ia mulai menemukan foto-foto baru yang diunggah ke laman Facebook Sam–yang membuat Amora semakin bertanya-tanya:
Ke manakah Sam? Apa yang terjadi padanya?
Jika dia masih hidup, mengapa tidak menghubungi Amora?
Akankah dia pulang? Atau, akankah dia menghilang selamanya?
Tanpa ada petunjuk atau hal-hal aneh terjadi sebelumnya, Sam
tiba-tiba saja hilang. Awalnya dia hanya ijin ke Amora untuk melakukan
perjalanan bisnis ke Tokyo, namun hingga kini tidak ada kabar darinya. Amora
kelimpungan karenanya. Seakan penderitaannya belum habis, di kantor dia masih
harus bertemu anak baru bernama Lody. Wajah Lody mengingatkan Amora pada
seseorang yang ia pun tak yakin siapa. Bukan hanya itu, Gavin, sahabat Sam pun
tiba-tiba memberi perhatian lebih ke padanya.
Kepusingan Amora mencari Sam masih harus diganggu dengan
urusan anaknya yang bermasalah di sekolah serta masa lalu yang muncul kembali
setelah sekian lama. Lalu, bagaimana Amora menghadapi semua masalah itu? Baca
selengkapnya di Awaiting You.
Oke, pertama, saya mau berterima kasih dulu sama Stilleto
Book yang sudah mengirimi buku ini sebagai hadiah kuis (dan kuisnya itu udah lama banget, maaaaaf). Ahahahaha, gak nyangka
banget bisa menang. Btw, review ini harusnya terbit tahun 2015, tapi karena ada
kendala, jadi ya, mohon dimaklumi.
Ceritanya asik diikuti kerena mengandung misteri keberadaan
Sam. Jadi pembaca diajak penulis untuk mengikuti keseharian Amora semenjak Sam
hilang beserta masalah-masalahnya. Unik sih jalan ceritanya, tentang suami yang
menghilang. Walau gak gentle banget gitu kerasanya main hilang aja ninggalin
anak dan istri. Tapi pasti semua punya alasan ya, begitu juga Sam. Nah, untuk
tahu apa alasan Sam, ya kita harus baca dulu dong sampai akhir.
Ada beberapa hal yang janggal menurut saya sih di novelnya,
di awal kan ada tuh percakapan suster (penjaga anaknya Amora) dengan si Amora.
“Halo, Ibu? Bu, ini Bilal dan Sabin berantem terus, nih. Suster jadi pusing. Udah Suster pisahin tetap aja lima menit
kemudian berantem lagi.”
Agak aneh aja gitu kalau si suster manggil dirinya sendiri
‘suster’, gimana ya, biasanya kan pakai kata ganti ‘saya’ gitu. Hehe, pendapat
pribadi aja sih. Terus ada juga adegan dimana Bilal kan katanya lagi diskors,
eh, kok, terus sama Amora malah mau dianterin ke sekolah lagi? Itu sayanya aja
yang gak fokus pas baca atau gimana ya.
Selain itu, yang saya kurang suka, di novel ini kata ganti
‘saya’ atau ‘aku’ atau ‘gue’-nya gak dipakai konstan. Kadang ada dalam satu
kalimat itu pakai saya dan aku sekaligus. Iya sih, dipakainya pas percakapan,
cuma kan akan lebih baik kalau konstan aja pemakaiannya biar lebih rapi.
Buat yang kurang suka bahasa campur-campur, di novel ini
banyak banget bahasa campur Inggris-Indonesia nya. Saya sih suka-suka aja,
karena sekalian belajar bahasa Inggris. Tapi yang membingungkan, kok pas di
Singapura dan Amora sedang berbicara dengan chef editor di sana, dia pakainya
campuran juga, si ibu chef editor-nya campuran juga bahasa Inggris-Indonesia.
Nah, kalau yang kayak gini kan, mungkin lebih bagus kalau gak dibahasa
Inggris-kan semua, ya diterjemahkan ke bahasa Indonesia semua gitu, lalu
dijelaskan dengan narasi kalau ngomongnya lagi pakai bahasa Inggris. Hehe.
Karena Amora ini udah punya anak, saya berharapnya bakal
banyak adegan anak-ibu yang mengharukan atau heart warming gitu, tapi ternyata
sedikit. Kerasanya kebanyakan si anak ini sering dipinggirkan aja sama Amora.
Padahal kalau anaknya diikutkan dalam kegundahan mencari Sam lebih banyak,
kayaknya bakal lebih kerasa galaunya. Ini malah si Amora kabur nyari Sam ke
Hong Kong tanpa pamit sama anak-anak dan gak diceritain dia nelpon anaknya atau
gimana gitu, saya sedih deh kalau jadi anaknya. Terus juga, menurut saya, untuk
ukuran kehilangan suami, Amora ini lambat. Membiarkan clue-clue yang dia tahu
mengendap berbulan-bulan. Padahal harusnya kalau nemu clue, langsung samber
tanya yang bersangkutan aja gimana, biar Sam cepet ketemu. Alurnya dibuat cepet,
tiba-tiba udah dua bulan kemudian, mungkin maksudnya mau menggambarkan kalau
Sam ini perginya lama gitu, cuma malah ngebuat kayak si Amora ini kurang gesit
nyari suaminya sampai dia menyerah.
Terlalu banyak laki-laki yang berlalu lalang nih, jadi gak
fokus cerita sweet-nya mau sama siapa. Ahahaha. Kadang juga fisik laki-lakinya
itu diceritainnya telat. Saya baru tahu Gavin itu bule di hampir pertengahan
cerita. Terus juga Beamy, awalnya saya kira cewek lho, hahaha.
Yang terakhir.. hmm.. nama lengkapnya Lody.. hmm.. kok gitu
ya.. hahaha.. bikin ngakak.. lalu.. hmm.. endingnya.. agak gimana.. protes-able
banget.. tapi.. hmm.. saya malah suka ending begitu deh.. gak mainstream
jadinya.. hmm.. (ketularan Pak Bambang).
Saya gak bisa bilang kalau saya gak suka novel ini, misteri
dimana Sam berhasil bikin saya mau baca sampai akhir. Memang ada beberapa hal
yang mengganjal saat baca, cuma itu bisa diperbaiki deh dicetakan berikutnya.
Akhir kata, saya mau bilang: Semangat, Amora!
3 of 5 stars.