"With peaks of joy and valleys of heartache, life is a roller coaster ride, the rise and fall of which defines our journey. It is both scary and exciting at the same time." - Sebastian Cole

Friday, July 25, 2014

Art Paper Love




Judul: Art Paper Love
Penulis: Nita Trismaya
ISBN: 978-602-9481-58-7
Penerbit: PlotPoint Publishing
Editor: Riesna Kurnia
Tebal: 256 halaman
Cetakan pertama, Maret 2014.
Harga: Rp. 39.600 (10% off, harga normal Rp. 44.000, beli di TogaMas Solo)

Blurb:

Apa cinta bisa diperjuangkan? 

Eric - Inge

King kong - Barbie
Galak - Lembut
Tinggi - Pendek
Seram - Imut
Temperamental - Sabar
Hitam - Putih
Mandiri - Manja
Jail - Patuh
Pemberani - Penakut
Berantakan - Rapi
Senior - Junior
Sinis - Naif

Pertemuan pertama Inge dan Eric bukan merupakan awalan yang bagus. Dan seakan semesta berkonspirasi merusak hari Inge, ternyata Eric merupakan kakak tingkat di kampus baru Inge. Karena tampang Eric yang preman-wanna-be dan segala kegarangan, berhasil membuat Inge melakukan hal bodoh dalam hidupnya: mengiyakan (secara terpaksa) ajakan (yang sebetulnya seperti perintah) Eric untuk pacaran. Padahal Inge sudah ada Aga. Jadi, apakah Inge akan memperjuangkan cintanya untuk Aga? Atau setia pura-pura jadi pacar Eric?

"Aku bukan cowok bodoh yang mau percaya gitu saja dengan wajah cantik yang suka manfaatin orang lain demi keuntungannya sendiri. Cukup sekali aku jatuh. Oh ya, daripada kamu sibuk merengek pengin tetep temenan sama aku, mendingan kamu doain supaya aku dapet pacar yang jauh lebih baik dari kamu." (halaman 196)

Satu kata buat novel ini: FTV-able. Sejak awal cerita dimulai, pertemuan di kopaja, acara ospek, dan kehidupan kampus, masuk tengah, sampai akhir cerita, membuat saya berpikir "Wah, cocok nih jadi FTV."

Saya suka cover-nya, gak bosen dilihat-lihat terus, makanya saya tertarik beli novel ini. Tertipu? Atau gak puas dengan cerita? Enggak, justru cover novel ini nolong banget buat bangkitin mood saya suatu baca. Dari segi cerita memang ketebak banget dari awal gimana ending-nya, tapi penulis bisa banget mengalirkan cerita yang bikin mau-gak-mau-harus-selesai, walau saya sebenarnya tetap masih berharap ada punch line yang gak ketebak seharusnya bisa dihadirkan di tengah cerita. Masalah typo, entah kenapa pas baca novel ini, saya gak terlalu mikirin. Asik-asik aja bacanya (atau mungkin saya yang lagi gak mood cari typo).

Balik lagi masalah cover, di situ ada Inge dan Eric berdiri (oh, iya, saya lupa, asiknya lagi, pembatas bukunya dapat 2: potongan Inge dan Eric yang di cover itu), lucu sih, saya suka. Cuma di sisi lain, mau gak mau kan itu jadi menggambarkan perawakan Inge dan Eric dan kepatri di kepala waktu baca. Eric sih menurut saya sudah pas banget penggambaran visualnya, cuma kurang tato yang gak dilihatin. Tapi Inge? Waktu saya baca, yang saya bayangkan Inge itu rada bitchy-anak gaul Jakarta, tapi sopan gitu deh . Namun visual di cover, jadi kurang cocok. Eh, tapi, memang penulis sepertinya mau menggambarkan Inge mirip pemeran BFF yang cewek (siapa namanya?), jadi divisualkan seperti itu. Cuma ya, dari deskripsi cerita dan bayangan saya sama visualnya mungkin memang gak sejalur kali, ya.

Oh, iya, saya juga suka ide penulis dengan Eric si preman kampus (yang jagoan tapi baik hati), beda dari cerita-cerita lain. Karakternya juga sudah cukup masuk kuat ke cerita (ya, iyalah, tokoh utama, hehe). Nah, tapi yang disayangkan, karakter Aga kurang sedikit aja harusnya bisa lebih ditonjolkan. Memang sih kalau saya disuruh mencatat wataknya Aga gimana, bisa-bisa aja. Tapi, ya itu, kurang kuat penggambarannya. Dan yang agak janggal, diceritakan awalnya Eric seperti cuma bercandaan pacaran sama Inge, terus dia jadi cinta banget, tapi saya kurang bisa ngerasain kenapa kok si Eric ini bisa jadi cinta mati sama si Inge? Memang diceritakan ngabisin waktu berdua dan seterusnya, tapi kurang kerasa aja feel-nya, kerasanya cuma tiba-tiba Eric cinta mati walau awalnya cuma iseng. 

Satu lagi yang saya suka: ada gambar di setiap akhir bab yang maksudnya me-wrap-up isi cerita bab tersebut. Terus, saya ingin berterima kasih karena di novel ini ada penggambaran ospek, jadi saya bisa siap-siap untuk tahun depan saya diospek.

Art Paper Love merupakan novel kedua Nita Trismaya yang diterbitkan oleh PlotPoint setelah Cheerish Cheri (2013). Dan saya gak keberatan buat baca novel-novel Nita Trismaya berikutnya (apalagi kalau ada yang minjemin atau kasih, hehe).


Recommended buat yang cari teenlit tapi gak teenlit banget, chicklit tapi gak bisa dibilang chicklit juga.

3 of 5 monkeys (monkeys = stars).

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...