"With peaks of joy and valleys of heartache, life is a roller coaster ride, the rise and fall of which defines our journey. It is both scary and exciting at the same time." - Sebastian Cole

Thursday, July 31, 2014

Hidden Agenda: Bahaya di SMA Muda Bakti




Judul: Hidden Agenda (Bahaya di SMA Muda Bakti)
Penulis: Jacob Julian
ISBN: 602-220-125-X
Penerbit: Bukune
Editor: Hotnida Sary & Ry Azzura
Proofreader: M Ridho
Layout: Irene Yunita & Astri Wahyuni
Desain Sampul: Angelika
Tebal: iv + 252 halaman
Cetakan pertama, Mei 2014.
Cara dapat: Hadiah #berbagibacaan dari @RyAzzura (terima kasih banyak!)
Harga normal: Rp. 47.000

Blurb:

SMA Muda Bakti gempar! Penyimpangan yang ditemukan pada laporan keuangan OSIS menunjukkan bahwa ada dana yang hilang dalam jumlah besar. Akibatnya, banyak kegiatan ekstrakurikuler tidak mendapat pendanaan. OSIS pun dibekukan. 
Jana—yang band sekolahnya gagal rekaman karena skandal itu—tidak bisa tinggal diam. Dia bertekad untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, ia menghadapi masalah lain, Penta—sahabat sekaligus teman satu band—berulah. Dia beberapa kali meminjam uang dalam jumlah besar, sering membolos, dan perlahan menjauhinya. 
Dapatkah Jana mengungkap kebenaran dan mendapatkan sahabatnya kembali? Sementara, ada satu hal yang tidak dia sadari; sebuah bahaya besar sedang mengincarnya....

Wah! Saya berhasil dibuat menebak-nebak dari awal cerita sampai akhir. Saya mencoba menebak saat di halaman 76, dan ternyata tebakan saya salah. Lalu kembali memberanikan diri menebak lagi di halaman 198, namun tetap salah. Cerita yang disuguhkan berupa cerita misteri dektektif-detektifan (apa ya namanya?) di kalangan anak SMA. Melibatkan banyak tokoh, dan saya salut kepada menulis, tokoh yang dimunculkan tidak ada yang sia-sia atau cuma numpang lewat saja, tapi kelihatannya sudah benar-benar diperhitungkan dimana mereka kemudian akan muncul lagi dan menghasilkan cerita yang menyatu. Berikut tokoh-tokoh yang muncul dalam cerita:
  1. Jana, pemegang bass di band sekolah -- si tokoh utama yang berani, tegas, setia kawan, penuh keingintahuan, kadang emosian.
  2. Karin, si sekretaris bendahara OSIS -- lurus, adil, penuh keingintahuan.
  3. Mardian, ketua OSIS -- suka bekerja, kadang emosian.
  4. Penta, vokalis band sekolah -- digambarkan easy going, suka bolos, mukanya pucat melulu, suka telat.
  5. Dori & Beni, teman band Jana & Penta -- pelengkap, ya setia kawan juga, apalagi ya? Pokoknya mereka asik kayak kebanyakan teman pemeran utama di TV-TV.
  6. Tiara, bendahara OSIS -- sensitif!
  7. Gilang & Alex, alumni -- mereka dulu juga nge-band, jadi bantuin Penta dkk, deketnya sama Penta. Alex tipe-tipe cihuy, sementara Gilang digambarkan pendiam.
  8. Dan ada lagi yang lainnya.
"Apapun yang kamu kerjakan, harus kamu kerjakan dengan baik, benar, dan jujur. Harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Kayak kamu buat makanan ini. Kamu kerjakan dengan baik, sesuai petunjuk yang Ibu berikan. Harus jujur, tidak aneh-aneh dengan menambahkan bumbu lainnya, ya pastinya kerjaan kamu akan dinilai baik oleh yang makan." (halaman 92) 
Sebagai anak SMA, disuguhkan cerita berlatar sekolah dan segala masalah organisasi -- dan ekskul membuat saya manggut-manggut mengerti dan ikut merasakan kebingungan yang para tokoh rasakan dalam cerita. Tak jarang saya mensama-samakan atau membeda-bedakan beberapa hal yang terjadi di sekolah SMA Muda Bakti ini dengan sekolah saya sendiri.
"Jangan salahkan diri kamu sendiri. Semua ini hanya efek domino yang terlalu banyak imbasnya ke kamu. Kami nggak akan biarkan kamu terjatuh." (halaman 242)
"Kau tidak akan pernah tahu bahwa seseorang pantas kau jadikan teman, sebelum dia melakukan hal yang membuatmu nyaman." (halaman 239)
Yap! Apalagi yang mau saya bilang, saya suka alur ceritanya. Akhir yang tidak tertebak, sifat tokoh yang sesuai umur, dan alur yang pas, tidak lambat atau terlalu cepat, bagus! Hanya ada yang menggangu (dan ini bersifat sangat subjektif, hehe.) seperti, kok waktu istirahat lama sekali ya? Saya jadi iri, di sekolah saya istirahat hanya 15 - 30 menit. Lalu, pengambilan latar di kota Madiun terasa kurang cocok, mungkin lebih cocok jika latarnya kota besar. Tapi toh saya juga belum tahu Madiun aslinya seperti apa. Dan, dari yang saya tangkap, diceritakan bahwa Jana sama Karin saling suka, namun pas lagi berinteraksi berdua dan sesudahnya seperti ada yang kurang antara Jana dan Karin, mungkin bila ditambah bumbu-bumbu cinta antara mereka berdua sedikit lagi, saya akan semakin puas, hehe. Oh, iya, cover-nya menggambarkan isi cerita sebenarnya, awalnya saya tidak menyadari, namun setelah membacanya, kemudian melihat cover-nya kembali, saya kemudian ber-oh-oh ria.

Saat baca novel ini, kebetulan saja di dekat saya ada handphone, jadi saya sempatkan mencatat kekeliruan ketik atau typo yang sepanjang mata membaca, saya temui di novel ini, correct me if I wrong, tapi ini yang saya temukan:
  1. Kata "kami" (halaman 45) yang ditulis dengan K huruf kapital setelah koma, seharusnya tidak perlu dikapital.
  2. "Orang nya" (halaman 59) yang dipisahkan, seharusnya digabung jadi "orangnya".
  3. Kata "tip" (halaman 59), seharusnya "tips". Karena dalam konteks cerita, "tip" yang dimaksud adalah semacam wejangan, di KBBI "tip" berarti persen kepada pelayan atau semacamnya.
  4. "Menurutnya" (halaman 82) saat Alex sedang berbicara pada Jana, menurut saya lebih cocok jika diganti "menurutmu", karena ditunjukan hanya untuk Jana, bukan jamak.
  5. Kata "mereka" (halaman 119), dengan M yang ditulis kapital padahal tidak setelah titik atau yang mengharuskannya, seharusnya tidak perlu dikapital.
  6. Di halaman 139, terdapat dialog yang awalnya antara Jana dan Mardian, namun ada line setelah dialog yang menerangkan kalimat itu dikeluarkan oleh Penta, padahal Penta tidak ada di kejadian. Intinya, mungkin seharusnya itu tercetak Jana, bukan Penta.
  7. "Mardia" (halaman 166), seharusnya "Mardian".
  8. Kalimat "Mardian sedang kertas hasil nge-print" (halaman 168), mungkin seharusnya "Mardian sedang membereskan kertas hasil nge-print", ada kata kerjanya.
  9. Ada kalimat dalam dialog "dia dua hari ini dia" (halaman 168), lebih enak dibaca dengan menghilangkan satu "dia".
  10. Kata "kemuadian" (halaman 170), seharusnya "kemudian".
  11. "Karin" (halaman 205) yang dicetak dengan k huruf tidak kapital, seharusnya K kapital, karena merupakan nama orang.
  12. "Penontonj" (halaman 241), seharusnya "penonton".
  13. Kalimat "Karin berubah jadi merah" (halaman 254), seharusnya "muka Karin berubah jadi merah".
Selebihnya itu, sekali lagi saya katakan, saya sangat menyukai cerita dari novel ini, walau tidak sampai membuat book-hangover. Recommended untuk yang suka bacaan ringan tapi butuh berpikir.
3,5 of 5 stars.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...