"With peaks of joy and valleys of heartache, life is a roller coaster ride, the rise and fall of which defines our journey. It is both scary and exciting at the same time." - Sebastian Cole

Saturday, July 26, 2014

Seribu Kerinduan




Judul: Seribu Kerinduan
Penulis: Herlina P. Dewi
ISBN: 978-602-7572-19-5
Penerbit: Stiletto Book
Editor: Paul Agus Hariyanto
Proofreader: Tikah Kumala
Desain cover: Teguh Santosa
Layout isi: Deeje
Tebal: 249 halaman
Cetakan pertama, November 2013.
Harga: Paket @literarybox (harga normal Rp. 43.000)

Blurb:

“Sudah, jangan lagi kamu menghakimiku. Jangan lagi kamu memperolokku. Percuma saja. Aku sudah tak bisa merasakan apa-apa lagi, kecuali rasa kebas ini. Dan sekarang, biarlah kehidupan memilihkan jalan untukku. Menjadi pelacur.”
Renata, seorang fashion editor dengan karier cemerlang di kantornya, harus pasrah pada keadaan. Setelah berpisah dengan Panji, lelaki yang sudah dipacari selama empat tahun karena perjodohan biadab itu, dia pergi ke semua tempat yang pernah mereka singgahi untuk menelusuri jejak-jejak kebersamaan. Hidup menjadi sangat membosankan baginya, karena hari-harinya kini hanya dihabiskan untuk mengenang Panji. Dia pun lantas memilih menjadi pelacur, karena dengan profesi barunya itu, dia kembali merasa dicintai, dihargai, dibutuhkan, dan disanjung.
Namun, ia sadar, menjadi pelacur hanyalah sebuah persinggahan sebelum dia benar-benar melanjutkan hidup sesuai dengan keinginannya. Lantas, kehidupan seperti apa yang sebenarnya ingin dijalaninya? Tanpa Panji? Bisakah?


Di sini aku duduk dan menunggu, begitu tagline novelnya, bercerita tentang sakit hati dan move on, Seribu Kerinduan merupakan perkenalan saya dengan novel terbitan Stiletto Book, dan novel ini berhasil membuat saya berencana beli novel-novel Stiletto berikutnya saat uang THR turun nanti (aamiin!). 

Cerita dimulai dari keputusasaan Renata di bandara setelah di tinggal Panji (pacar 4 tahunnya) ke Jogja untuk menikah karena dijodohkan, lalu flashback-tut-tut-tut-dan cerita mengalir dengan alur maju (plus beberapa flashback, jadi alur maju-mundur?). Penulis mampu mengaduk-aduk rasa penasaran pembaca walau sebenarnya sebagian isi novel sudah dihadirkan di blurb. Penyampaian dari dua point of view (Renata dan Panji), merupakan pilihan yang cerdas. Jadi, pembaca tidak melulu disuguhkan perasaan-perasaan kacau Renata, tapi juga dari Panji.
"Panji, seorang lelaki yang kepadanya Renata telah menitipkan mimpi-mimpinya, kini benar-benar telah pergi meninggalkannya." (halaman 25)
Bagian yang paling saya tunggu adalah dimana Renata bertransformasi menjadi pelacurnya. Gimana caranya, terus dia bakal apa, sama siapa aja akhirnya, pokoknya lembar demi lembar gak terasa dengan sedikit rasa deg-deg-an menunggu kapan akhirnya si Renata ini jadi pelacur. Dan, akhirnya sampai di lembar itu, Renata brilian! Saya suka gimana dia memandang pekerjaan barunya itu. Cerita Renata di bagian ini merupakan favorit saya. Tapi sayang, rasanya bagian ini terlalu buru-buru. Hal yang saya sukai lagi, waktu Renata bicara di telepon dengan keluarganya menggunakan bahasa Sunda (bagian ini tanpa alasan sebenarnya), hehe. Oh, iya, dan saya juga suka bagian pertemuan kembali Renata dengan Panji, epic!
"Jangan salahkan aku jika berkeputusan menjalani hidup ini dengan menjadi pelacur. Karena hanya dengan cara begini aku merasa dibutuhkan kembali. Aku merasa dihargai. Dicintai. Dicari. Disanjung. Dipuji. Dibayar mahal." (halaman 169)
"Aku sudah hampir gila, Ren. Kelimpungan mencarimu setiap hari. Hanya dengan cara ini aku bisa menemukanmu. Maafkan aku, aku nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya ingin mengajakmu kembali. Demi Tuhan, aku tidak akan melepaskanmu lagi, Ren. Apa yang terjadi sama kamu sekarang juga karena salahku." (halaman 214)
Yang agak menggangu saya, yaitu terlalu banyaknya tulisan "thank's" (contohnya pada halaman 101), padahal setahu saya seharusnya itu ditulis "thanks" tanpa kutip satu. Lalu kata "colection" (halaman 103) yang harusnya "collection", dan kata "kuwalat" (halaman 175) yang di KBBI harusnya ditulis "kualat".

Komentar mengenai tokoh, saya suka Renata, saya akhirnya juga suka dengan Panji walau diawal-awal agak sebal karena dia terlalu manut. Lalu Ayu, perempuan Jawa yang dijodohkan dengan Panji, biasa saja, respek saya hilang waktu dia berbuat seperti itu pada Panji (disamarkan, biar gak spoiler). Saya suka Dion di awal karena terlihat macho, ganteng, tapi diakhir-akhir, jadi biasa saja. Teman-teman Renata, Erika dan Diana, menghadirkan mereka dalam cerita merupakan pilihan tepat, untuk pelengkap. Nah, saya sebal dengan orang tua Panji (terutama ibunya), dan saya rasa penulis berhasil menghadirkan sosok ibunda yang menyebalkan seperti ini.


Akhir kata, saya menikmati membaca novel ini, namun rasanya ending kurang menohok ya, dan disayangkan karena kok jadi kayak FTV? Tapi balik lagi, menyelesaikan novel ini bikin saya senyum karena ada satu hal di benak saya: Jodoh memang gak kemana.

Semoga novel berikutnya segera menyusul, Mbak Herlina!

3,5 of 5 stars.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...