"With peaks of joy and valleys of heartache, life is a roller coaster ride, the rise and fall of which defines our journey. It is both scary and exciting at the same time." - Sebastian Cole

Wednesday, July 23, 2014

Save My Soul (Cinta Tak Selalu Tentang Cinta)





Judul: Save My Soul
Penulis: Falla Adinda
ISBN: 978-602-1667-02-6
Penerbit: Bypass
Editor: Surip Prayugo
Desain cover: MH. Rizki
Tata letak isi: AgriArt
Tebal: 232 halaman
Cetakan pertama, Januari 2014.
Harga: Rp. 40.500 (10% off, harga normal Rp. 45.000, beli di TogaMas Solo)

Blurb:

Ketika pilihan terberat bukan lagi antara memilih warna krayon untuk menggambar atau memilih sepatu mana yang paling cocok untuk rok hari ini; di situlah cinta mulai muncul, sebagai sebuah permasalahan yang rumit. 
Mungkin, bukan dinamakan cinta jika tidak meninggalkan sebuah rajutan luka, bukan pula cinta rasanya jika sama sekali tidak pernah meninggalkan jejak berupa rasa hangat di pipi atau pun rasa panas di dada serta rasa sakit di kepala. Tapi, bukankah hidup ini memang terlahir dari cinta? 
Saya Annrudha, ini mungkin bukan cerita cinta, aku hanya ingin berbagi cerita.


Pertama, sepertinya ini akan menjadi quick review mengingat saya masih baru dan harus banyak belajar bagaimana cara me-review buku yang baik. Apalagi dibagian ringkasan buku, itu adalah kelemahan saya. Menceritakan kembali isi buku tanpa spoiler dengan tulisan itu saya akui ternyata susah. Jadi, atas kekurang sana-sini nantinya, dari awal saya ingin menyampaikan kata maaf. Maklum, sebagai newbie, rasa pede nulis review belum bisa 100%.

Kedua, saya mau cerita alasan kenapa saya beli buku ini, yaitu kerena: penasaran. Saya sudah jadi following teh Falla sejak lama dan suka dengan gayanya menulis tweet(s), lalu tahu teh Falla nulis buku akhirnya tergerak buat beli. Penasaran apakah gayanya nulis tweet(s) dan novel bakalan sama, dan jawabannya: iya, sama. Novel Save My Soul ini gayanya memang teh Falla banget, tapi versi serius.

Oke, novel ini bercerita tentang tiga orang sahabat dengan kehidupannya. Annrudha, Ruth, dan Abhinara secara bergantian menceritakan kisah masa kuliah, kerja, dan percintaannya. Penulis menghadirkan POV orang pertama dari ketiga tokoh, namun dari tengah sampai ke belakang nantinya akan terasa bahwa Annrudha memang yang mendominasi. Seakan peran POV Ruth dan Abhinara (Abie) hanya sebagai penjelas suasana dimana tokoh Annrudha tidak bisa menjelaskannya.

Dilihat dari judul, saya sudah bisa menebak akan ada cerita tentang apa di dalam novelnya. Juga mengingat profesi penulis sebagai dokter. Iya, saya sebelum baca, awalnya menebak si tokoh utama akan sakit. Lalu sedikit baca bab-bab awal, dipaparkan cita-cita Ann sebagai dokter, tebakan saya berganti jadi temannya yang akan sakit dan Ann akan berperan menyembuhkannya. Namun ternyata tebakan saya agak meleset. Lalu bagaimana yang benar? Yang benar akan menghadirkan spoiler.

Dari segi cerita, klise sebenarnya, persahabatan dan cinta. Tapi bukan tentang rebutan pacar atau jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri (walau awalnya saya juga menebak, Ann bakal jatuh cinta sama Abie). Porsi persahabatan dihadirkan sedikit lebih mendominasi dibanding cintanya (kalau diprosentase jadi 52% banding 48% deh). Dan buat yang suka sekali menandai quotes dalam novel saat membaca, penulis dalam novel ini akan berhasil membuat kita kehabisan sticky note, karena isi novel bahkan dalam dialog pun sarat sekali dengan quote-qoute atau kata-kata bijak. Entah ini dikategorikan sebagai kekurang atau kelebihan, tapi terkadang saking banyaknya quote, saya harus berkali-kali tarik napas dan merasa lelah. Untuk alurnya? Saya rasa pas, tidak terburu-buru atau kelambatan. Walau saya agak sedikit janggal karena kok bisa ya hubungan segitu lamanya?


"Siang ini aku sadar, memang sepertinya ada yang salah dengan hubunganku. Tapi, di sisi lain, aku pun sama sadarnya, tidak ada yang salah dengan perasaanku, pun cintaku. Lalu, ini apa?" (halaman 83)

Sebagai anak 17 tahun, saya sebelumnya pernah membaca novel yang tokohnya juga seorang dokter, dan bingung. Dokter kok begini, dokter kok begitu. Lewat novel ini, saya dipahamkan akhirnya. Karena dokter juga manusia.

Hal yang selalu mengganggu dalam novel, tentu masalah typo, saya lupa di halaman berapa, namun masih ada typo, walau bisa dimaafkan beberapa. Yang tidak bisa dimaafkan yaitu, kesalahan penyebutan nama di halaman 88, seharusnya Bima (iya, nanti ada tokoh yang namanya Bima) sedang bicara dengan Ann tentang Ruth, tapi di paragraf paling bawah janggal, karena Bima malah seakan lagi bicara dengan Ruth. Juga, ada di halaman 159, nama jalan yang dikisahkan di Groningen, namun hanya tercetak seperti ini "jalan ______." Mungkin belum terpikirkan nama jalannya atau bagaimana, semoga dicetakan kedua dan selanjutnya bisa diperbaiki. Serta ketidakkonsistenan penulis menggunakan 'saya' atau 'aku' yang tiba-tiba saja berganti, juga penulisan 'gak' atau 'ga' yang berbeda-beda. Lalu satu lagi, di setiap pergantian bab, ada gambar cermin di kanan dan kiri. Cermin dicetak kecil dan kurang beresensi karena posisinya terlalu mepet, sehingga tidak terlalu terlihat kalau tidak dibuka lebar-lebar halamannya.

Oh, iya, saya suka, di awal sebelum bab pertama, ada puisi indah buatan suami teh Falla. Meskipun saya berpikir, sepertinya akan lebih bagus kalau tata letak puisinya di halaman kanan, bukan di kiri ya.

Recommended buat yang memang suka tulisan teh Falla dan butuh kata-kata bijak untuk hubungannya dengan pasangan. 

2,7 of 5 monkeys (monkeys = stars).

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...