"With peaks of joy and valleys of heartache, life is a roller coaster ride, the rise and fall of which defines our journey. It is both scary and exciting at the same time." - Sebastian Cole

Wednesday, October 19, 2016

Komodo Inside - Yuditeha


Komodo Inside
Penulis: Yuditeha
Grasindo, 2014.

Blurb:

Di pulau komodo, Tunas dan kawan-kawan memulai penelitian. Mempertemukan mereka dengan Aida Mose, Labirin Leka (ranger), dan tim peneliti Kell Fraser. Terjadi banyak kisah, salah satunya penemuan serendipity di tengah musim kemarau basah yang dapat mengancam habitat komodo. Seperti pencarian yang akhirnya menuntun kepada perjumpaan, masing-masing kelompok mahasiswa dan kelompok peneliti menemukan takdirnya. Hingga salah satu pemuda bernama Hapsa mengalami kisah misteri dengan gadis bernama Eleanor, sosok yang mengingatkan cerita tentang legenda Pulau Komodo. 

Hapsa, seorang teman yang baik. Mungkin itulah alasannya dia mau ketika dimintai tolong Tunas, temannya untuk menemani dia dan teman-teman Tunas lainnya meneliti komodo di Pulau Komodo (tentu saja!). Penelitian yang dimaksudkan untuk skripsi Tunas dan teman-temannya yang berkuliah di fakultas Biologi UGM.

Penelitian itu di awali dengan perkenalan Hapsa terhadap teman Tunas yang berjumlah 5 orang, Iden, Wenar, Kiara, Nala, dan Ami.

Tidak mudah untuk sampai ke Pulau Komodo, karena saat itu pulau tersebut ditutup untuk pengunjung karena sedang diadakan penelitian terkait iklim yang tidak tentu dan mengancam keadaan komodo. Hanya orang yang berkepentingan lah yang boleh datang, termasuk ketika itu warga sekitar. Karena terlanjur penasaran, rombongan Hapsa dan Tunas akhirnya berbohong kepada petugas, mereka bilang ke sana untuk menghadiri acara pernikahan Tunas dan Aida, teman Hapsa. Barulah mereka boleh masuk.

Ternyata, penelitian mereka pun tidak berjalan lancar. Hal-hal lain yang tidak terduga terjadi di sana. Mengukuhkan rasa pertemanan dan romansa di antara mereka.

YAAAAAH. Pertama, mari beri tepuk tangan dulu karena aku berhasil menyelesaikan novel ini hanya dalam waktu 1,5 jam! Yohooo. Novelnya memang tipis sih, hanya 101 halaman. Aku baca novel ini di kereta Matarmaja tujuan Jakarta dari Solo karena /sigh/ liburan sudah habis /sigh/ jadi harus balik kuliah.. sedih. Anyway, setelah baca aku langsung bikin review-nya dong! Jadi mari beri tepuk tangan lagi (ps: tulisan ini dibuat tanggal 9 Oktober 2016, fyi).

So yeah. Novel ini bercerita tentang rombongan mahasiswa tingkat akhir fakultas Biologi yang harus melakukan penelitian untuk skripsi mereka (kecuali Hapsa dan Ami) dan mereka memilih untuk meneliti komodo.

Isi novelnya padat, padat banget. Seakan tanpa celah halaman. Abis ucapan terima kasih, langsung daftar isi, prolog, langsung ceritanya, epilog, abis itu langsung tentang penulis. Gak ada tuh awalan tiap bab yang biasanya harus di kanan. Kalau ini bab selesai kanan, yang awal bab berikutnya di kiri.

Dari segi ide, novel ini memang ngide banget dan gak biasa. Mengangkat komodo sebagai pusat ide. Itu juga yang bikin aku tertarik. Sudah gitu, covernya pun menarik banget. Jadi ya, tanpa babibu cek goodreads dulu dan mumpung obral, aku ambil aja.

... dan ternyata semua menipu.
Tagline-nya pun menipu.

Gak kok. Novel ini gak jelek-jelek banget. Buktinya aku masih kuat nyelesaiinnya. Awalnya menjanjikan banget. Dan aku nunggu ada suatu yang menakjubkan datang dari tiap halamannya. Tapi, aku gak dapat. Penulis seakan mau menumpahkan semua idenya, semua ilmunya tentang komodo, semua risetnya, berikut kisah (agak) sadis, misteri, juga kisah cinta dalam novel yang dibuatnya cuma 101++ halaman ini. Terlalu banyak ide yang ditumpahkan tapi eksekusinya kurang sekali.

Berikut hal-hal yang bikin aku kurang sreg sama novel ini:

Pertama, dari awal aku bingung, kenapa Tunas harus ditemani Hapsa? Ketika bahkan teman menelitinya sudah 4 orang. Di tengah baru aku tahu, 'oh.. mungkin karena Hapsa sudah pernah ke Pulau Komodo sebelumnya'.

Kedua, ya ampun! Aku bersyukur sih jadi tambah ilmu tentang komodo dan tetek bengeknya tapi ya, gimana ya.. ini judulnya novel bukan buku pelajaran. Memang sih segala ilmu tentang komodo itu disampaikan dalam dialog, tapi kesannya tetap kaku seakan aku lagi baca buku '1001 Hal Tentang Komodo' bukan novel.

Ketiga, plis itu tagline gak menggambarkan isi ceritanya secara keseluruhan. Bahkan nama Eleanor itu hanya dibahas gak sampai 10% dari isi novel. Eleanor kayak hanya lewat saja dan dia jadi tagline.

Keempat, ceritanya kurang fokus. Awal sampai ke tengah, novel ini menceritakan Hapsa dkk., tapi di pertengahan novel kemudian muncul nama-nama baru yang dikenalkan sebagai peneliti khusus, beberapa WNA gitu (yang buat kenapa Pulau Komodo ditutup). Lalu ceritanya berlanjut ke mereka yang mau melakukan aksi, lalu ada yang mati, lalu ya gitu deh.. oke, oke mungkin ini mau memasukkan konflik dan membuat perjalanan Hapsa dkk. jadi berkesan gitu kan. Tapi menurutku, mungkin harusnya ini bisa dieksekusi lebih baik lagi.

Kelima, ada satu bab di awal di mana dikhususkan untuk Tunas memperkenalkan sifat teman-temannya pada Hapsa. Hapsa sih yang minta, biar lebih kenal katanya. Terlalu telling bukan showing. Akan lebih bagus kalau sifat tokoh itu tersirat aja bukan blak-blakan dijelasin gini.

Keenam, kadang ada joke tapi garing. Contohnya:

"Sudah siap?" tanya Labirin begitu dia mendapati mereka do depan rimah Aida.
"Sudah kenyang." jawab Wenar dwngan mimik yang lucu, bermaksud bercanda.
"Ya, berarti SMP dong."
"Apa itu?"
"Sudah makan, pergi."

Krik krik krik.

Ketujuh, ada part di mana keadaan sedang genting dan si Aida sama Ami malah curhat kurang penting padahal saatnya lagi genting. (lol it's rhyme! Contohnya ada di halaman 80)

Kedelapan, romance tiap tokoh yang terlalu dipaksakan. Ya, aku tahu sih love at the first sight itu ada aja. Tapi gak lagi ngomong bahas lain terus bilang 'kamu cantik' sereeeem. Sudah gitu, seakan semua yang ke Pulau Komodo itu akhirnya menemukan kisah cinta mereka di sana kayak wow terlalu monoton dan dipaksakan. Bagus ada selipan kisah cinta, tapi gak yang tiap tokoh gini dong (?)

Kesembilan, ending-nya terlalu dipaksakan juga.

Untuk itu, aku cuma bisa kasih bintang 2. Satu buat ide komodo-nya yang gak biasa, setengah buat covernya, dan setengahnya lagi buat apresiasi karena novel ini berhasil menemani perjalananku di kereta meski kemudian baca dan nulis review-nya bikin pegal (?)

Monday, October 17, 2016

Mr. Commitment by Mike Gayle Review: Jungkir Balik Dunia Duffy



Mr. Commitment 
Penulis: Mike Gayle 
Alih bahasa: Nurkinanti Laraskusuma 
Gramedia Pustaka Utama, April 2011.   

Blurb:

Ben Duffy mencintai Mel, pacar 4 tahunnya, sepenuh hati. Namun, saat Mel mulai membahas tentang pernikahan, Duffy terus menghindar. Dia mencintai Mel tapi tidak mau melakukan komitmen sebesar pernikahan. Kata-kata “Hingga maut memisahkan” terdengar begitu mengerikan baginya.
Hal itu sempat membuat hubungan mereka merenggang, hingga Duffy akhirnya mengiyakan ajakan Mel untuk menikah. Mereka bertunangan.
Semuanya tidak berjalan lancar. Pertengkaran terakhir mereka menyadarkan Mel kalau Duffy tidak akan bisa ‘dipaksa’ menikah, dengan cara apa pun. Duffy mencintainya, namun tidak mampu berkomitmen lebih. Dia mencintai Duffy, tetapi tidak mau mempertahankan hubungan yang tidak akan ke mana-mana. Dengan keputusan sepihak dari Mel, hubungan mereka berakhir.
Duffy kalut. Terutama saat dia mendapati Mel sudah bersama laki-laki lain, sebulan setelah perpisahan mereka. Dia mencoba melanjutkan hidup, berkencan dengan ‘Cewek TV Terpanas’, dan belajar merelakan Mel.
---
JUNGKIR BALIK DUNIA DUFFY 

“Orang selalu bercerita bagaimana fantastisnya sebuah hubungan pada awalnya, dan tentu saja semua membenci hubungan itu ketika berakhir, tapi bagaimana dengan tengahnya? Bagian tengah saat kau mengetahui semua yang bisa kau ketahui. Saat kau bisa memandang orang yang kaucintai dan tahu apa yang mereka pikirkan; melihat sesuatu di televisi dan tahu bagaimana mereka akan bereaksi; saat kau tahu persis apa yang akan mereka kenakan untuk datang mengunjungimu.” (halaman 244) 

Benjamin Dominic Duffy anti terhadap komitmen. Pada umurnya yang ke-28 tahun, dia akhirnya menyadari bahwa hidup penuh pilihan. Mel, kekasihnya yang sudah 4 tahun berhubungan dengannya, secara tiba-tiba ingin bertunangan. Duffy tidak yakin apakah dia bisa mewujudkan keinginan Mel. Dia sangat mencintai Mel, tapi satu-satunya yang tidak ia inginkan di dunia ini ialah, komitmen. Walau akhirnya Duffy meng-iya-kan ajakan Mel untuk menikah dan akhirnya mereka bertunangan. Duffy tidak lantas yakin dan hal itu justru menimbulkan masalah dan perpecahan dalam hubungannya dengan Mel. 

Hal demi hal terjadi. Hidupnya dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang membawanya mengerti bahwa pilihannya kini hanya satu: dengan Mel atau tanpa Mel. 

INI NOVEL DEWASA YA 

Kalau penulisnya orang Indonesia, novel ini pasti masuk lini metropop. Karena masalah yang dihadapi adalah masalah orang modern banget. Aku menikmati tiap lembar yang kubaca meski agak tersendat-sendat, karena sebenarnya untuk novel 370-an halaman, masalah yang ditawarkan novel ini sebenarnya tidak terlalu besar. Tapi penulis dan penerjemah di sini bisa menghadirkannya dengan rangkaian kata yang enak, jadi diikutinya juga gak bosen. 

Masalah utamanya adalah apa yang terjadi di hidup seorang Duffy ketika usianya sudah tidak tergolong muda lagi, 28 tahun. Bagaimana dia dihadapkan terhadap suatu kejadian yang mengharuskannya berkomitmen. Aku suka karena di novel ini tokoh hero-nya tidak ditampilkan sebagai tokoh yang ‘wow ganteng hebat aku suka banget’ tapi tokoh biasa saja yang justru cenderung agak pecundang (?) Duffy yang bilang sendiri sih haha, katanya mengutip salah satu perkataan orang, kalau usia kamu sudah 26 tahun dan pulang pergi masih dengan bus, berarti sebenarnya kamu gagal hidup nyaman gitu. 

Aku juga suka tiap tokoh yang dihadirkan. Seakan bukan tokoh sambil lalu saja dan semua punya karakter masing-masing. Menjadikan novel ini itu rasanya ‘adaptable’ banget kalau buat jadi film. Tipikal alur pelana kuda. Nah, tapi kekurangannya, seakan aku gak bisa bayangin perawakan-perawakan dari tiap tokohnya. Di kepalaku hanya ada imajinasi bebas aja deh jadinya. C

over (versi bahasa Indonesia) nya menggoda. Simple tapi eye-catching. Awal pilih buku ini pun, ya karena cover-nya. Alasan yang kedua, karena di blurb ada tulisan ‘IKEA’ (iya, sesimpel itu haha). Cantik banget cover-nya dengan menunjukan 2 gelas, satu biru, satu merah. Yang merah pasti punya Mel, ada tulisan ‘I love you’, yang biru pasti punya si Duffy nih, ada tulisan dengan post-it entah itu ‘I leaving you’ atau ‘I learning you’ (?) dan sebuah cincin. Cantik. Bagus. Ditambah dengan warna biru muda, aaaaa bagus. 

Overall, aku menikmati sih pas baca novel ini. Tapi gak sampai yang jatuh cinta banget. Worth to read! 3,5 of 5 stars.

Sunday, October 16, 2016

Yamaniwa - Netty Virgiantini


Yamaniwa
Penulis: Netty Virgiantini 
Gramedia Pustaka Utama, November 2013. 

Blurb:


Perselingkuhan tidak perlu alasan dan tidak termaafkan!

Niwa tidak menyangka pengkhianatannya pada Yama, kekasih di masa lalu, harus ditebus dengan sangat mahal: hubungan cinta yang selalu kandas di tengah jalan.

Dalam sepuluh tahun, sudah lima laki-laki meninggalkannya. Bahkan menurut ramalan sahabatnya, ia bakal patah hati 995 kali lagi!

Namun yang terberat, Niwa menyadari sesungguhnya ia masih sangat mencintai Yama, tepat ketika pria itu muncul dan meminta Niwa membuatkan kebaya pengantin untuk calon istrinya. Apakah ini karma yang masih harus dibayar Niwa atau ini sekadar pembalasan dari Yama?

Jika memang ada karma cinta, Niwa ingin membayar semua dosa masa lalunya pada Yama, agar ia bisa segera move on dari pria itu. Tapi jika ini pembalasan... 


Ketika Cinta Bertemu Karma 

Kisah ini dimulai ketika semua tokohnya masih sama-sama duduk di bangku SMK. Niwa, yang waktu itu mengambil jurusan jahit bersahabat dengan Era, dari jurusan boga. Era sejak SMK sudah berpacaran dengan Agas yang kemudian memperkenalkan Niwa pada Yama, yang sama-sama dari jurusan otomotif sama seperti Agas. Mereka kemudian saling berhubungan sampai suatu hari saat Agas sudah lulus dan harus pergi ke Jakarta, Niwa mulai bermain hati. 

Pengkhianatan dan perselingkuhan Niwa akhirnya ketahuan juga oleh Yama. Sejak saat itu keduanya tidak lagi berhubungan. Dalam kurun waktu 10 tahun, banyak laki-laki silih berganti mengisi hati Niwa, tapi Niwa selalu saja tersakiti. Sepertinya ini karma! Niwa sesungguhnya masih sangat mencintai Yama. Ia menyesal atas kejadian 10 tahun lalu, namun belum sanggup meminta maaf. Suatu hari, Yama tiba-tiba datang mengunjungi toko jahit Niwa dan meminta Niwa membuatkan kebaya untuk calon istrinya. Hati Niwa sangat sakit. Meski ia tidak mau, namun pekerjaan ini harus ia lakukan untuk menebus kesalahan masa lalunya. 

Yamaniwa. Lucu ya judulnya? Awalnya kukira ini semacam bahasa asing mana yang berarti sesuatu. Ternyata sebuah gabungan nama. Bercerita tentang dunia jahit-menjahit (?) dan pengkhianatan cinta dari seorang perempuan. 

Kisah di novel ini, yang merupakan salah satu finalis lomba novel amore, mudah diikuti. Pemilihan katanya membuat novel ini mudah dipahami, ya walau ada campuran bahasa jawa-nya juga, tapi bahasa jawa-nya masih yang standard-standard aja kok. Kisah yang mengambil latar di Semarang ini, sebenarnya alurnya mudah ditebak. Aku sudah bisa menebaknya sejak di pertengahan novel karena ya, petunjuk-petunjuknya terlalu jelas. Nah, tapi hebatnya penulis, meski mudah ditebak novel ini tidak terasa membosankan dan bahkan tetap bikin aku baca sampai akhir. 

Yang aku pertanyakan adalah, kenapa latarnya harus di Semarang? Penasaran aja sih, kerena kayaknya gak ada yang terlalu khusus di kota itu dalam novel ini kecuali tempat belanja beli bahan yang di Citraland. Tokohnya yang serba ceplas-ceplos memang membuat novel ini lucu sih, meski agak diherankan karena terlalu ceplas-ceplos (?) apalagi si Sisil itu, aku jadi kurang suka sih. Karena ya, terlalu ceplas-ceplos itu untuk ukuran dia yang beda 10 tahun mungkin ya sama Niwa. 


Kisah rumah tangga Era dan Agas juga sempat dibahas di sini, agak-agak tengah ke akhir. Menurutku, itu agak kurang ‘nendang’ kisahnya? Bukan tempelan juga sih, tapi kayak ada yang kurang dari kisah itu. Aku tahu maksudnya mungkin ingin tambah menyadarkan Niwa, tapi ya cerita Era dan Agas seperti kurang eksekusi. Tapi overall, cerita di novel ini masih tergolong sangat nyaman untuk diikuti.

Aku belum banyak baca novel amore sih, tapi dari beberapa novel amore yang sudah saya baca, ini sepertinya yang paling lumayan. 3 of 5 stars!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...