"With peaks of joy and valleys of heartache, life is a roller coaster ride, the rise and fall of which defines our journey. It is both scary and exciting at the same time." - Sebastian Cole

Saturday, October 8, 2016

Pink Project - Retni SB



Pink Project
Penulis: Retni SB
Gramedia Pustaka Utama, Juli 2009. 

Blurb:   


Puti Ranin berang sekali ketika Sangga Lazuardi menyerangnya di ruang publik, di koran. Sangga mengejeknya sebagai katak dalam tempurung yang mencoba berceloteh tentang dunia! karena berani memberi penilaian terhadap lukisan tanpa pengetahuan yang memadai.

Bah! Dia memang awam dalam soal seni, seni lukis khususnya, tapi apakah itu berarti dia tidak boleh mengapresiasi sebuah karya? Dan baginya, lukisan Pring menyentuh kalbunya. Sangga Lazuardi sangat pongah. Kesombongan lelaki itu membuat Puti mati-matian membela dan mengagumi Pring, pelukis yang dicela Sangga.

Namun yang tidak dimengertinya... Sangga Lazuardi selalu muncul dalam setiap langkah hidupnya.... Bagai siluman, Sangga selalu muncul di mana pun dirinya berada. Apa yang diinginkan lelaki yang telah menghinanya habis-habisan itu?



Cinta tidak jarang dari rasa benci yang terlebih dahulu datang. Begitu kah yang terjadi pada Puti Ranin? Kesukaannya pada sebuah lukisan membuatnya diolok oleh seorang Sangga Lazuardy, pengamat lukisan. Sangga menganggap Puti memberi penilaian terhadap sebuah lukisan tanpa pengetahuan yang memadai. Puti memang bukan seorang pelukis, penggiat seni atau apapun yang berhubungan dengan lukisan, Puti hanya seorang pemilik toko buku yang kebetulan menikmati lukisan karya Pring itu. Dia menulis review terhadap lukisan karya Pring itu hanya sebagai sebuah karya yang indah yang dapat dinikmati orang awam seperti dirinya. Puti jadi kesal dan ingin bertemu langsung dengan Sangga, sebenarnya hanya untuk melihat bagaimana Sangga sebenarnya. 

Pertemuan itu terjadi di sebuah Galeri yang sedang mengadakan pameran lukisan. Di situ juga Puti bertemu Leo, seorang laki-laki yang sok kenal namun cukup membuat Puti nyaman. Sayangnya, Pring, pelukis kesukaannya tidak datang saat itu. Di lain sisi, Ina, sahabat Puti, yang sedang suntuk dengan hubungannya bersama tunangannya, Niko, justru bersikap tidak seperti dirinya di acara pameran itu. Setelah bertemu Sangga, hari Puti tidak sama lagi. Ina mulai bersikap aneh, Sangga mulai muncul dan mengganggu hari-harinya, dan dia mulai berhubungan dengan Pring, walau hanya lewat dunia maya. Ternyata di balik semua yang terjadi itu, ada sebuah projek yang dilakukan seseorang untuk seseorang yang melibatkan cinta dan orang-orang. 

“Mimpi-mimpi masa lalu, realitas kekinianku, kerinduan, pencarian, dan harapan-harapan hari esok bermain-main di kepalaku penuh warna. Membentuk sebuah lukisan imajiner yang tak mampu kuberi judul. Ah. Di titik ini, kusadari bahwa ternyata aku ini ‘belum penuh’. Aku masih memiliki banyak rongga dan serabut tanpa jalinan. Menunggu dipenuhi.” (halaman 116-117) 

Pink Project. Meski gak ngerti kenapa judulnya harus pink, mungkin karena pink mengibaratkan cinta, novel ini sangat sungguh bisa dinikmati. Pemilihan kata yang dipilih Retni SB di novel ini enak banget dibaca. Karena ini novel lama ya, jadi banyak kata yang nge-trend-nya di masa-masa itu juga. Tapi serius deh, ngalir banget, enak dibaca! Pemilihan lukisan sebagai pengait cerita juga menarik banget. Bukan dengan yang pelukis-pelukis banget, tapi ya sedikit-sedikit adalah belajar tentang dunia lukis dari novel ini. Cara menyampaikannya juga gak menggurui. Novel ini lebih banyak showing daripada telling, jadi ok. 

Dari segi cerita, ya lumayan sih. Bukan sesuatu yang ditawarkan. Tetap love-hate relationship gitu. Memang pada dasarnya, cerita di novel dibuat dengan segala kebetulannya lah ya, tapi di Pink Project ini, kebetulan-kebetulan yang terjadi itu berkesan halus banget, jadinya bisa dimaklumi gitu. Bukan yang tiba-tiba aja ada, tapi memang seperti sudah dipertimbangkan kapan dimunculkan. Suka deh kalau gak ada tokoh yang jahat. Walau sebal kalau ada hal-hal yang miss communication gitu, bikin gemas, untungnya di novel ini gak dibuat berlarut-larut. 

Tokoh-tokoh di dalamnya juga seperti benar-benar hidup. Ada interaksinya, gak cuma disebut-sebut aja. Suka sekali sama Imo, adik Puti. Tapi rasanya dia agak gak cocok buat anak 20 tahunan gitu ya? Enaknya dia jadi anak SMA aja gitu sih. Sayangnya untuk Puti, justru aku gak bisa bayangin dia gimana, maksudnya di novel ini kayak gak dijelaskan perawakannya, hanya sifatnya aja. Jadi menghayal bebas aja gimana kayaknya Puti itu. Pemilihan nama tiap tokohnya juga lucu. Indonesia banget tapi bukan nama yang biasa dipakai, kecuali Leo sama Ina dan Niko ya. Hahaha. 

Yang kurang kusuka itu, bagian menjelang ending-nya, bayanganku terhadap Sangga langsung otomatis berubah dan membuat aku jadi kurang suka sama Sangga. Aku juga berharapnya tokoh Leo lebih banyak lagi muncul gitu. Soalnya dia penghidup suasana. 

“Aku tahu apa yang ada di kepalamu. Aku makin cantik kan?” Seperti robot aku mengangguk. “Mau tahu sebabnya?” Aku mengangguk lagi. “Karena aku bahagia. Aku sadar aku bahagia. Sejak dulu sebenarnya bahagia.” “Sebabnya…?” “Cinta. Apa lagi?” (halaman 206) 

Untuk cover, aku suka sih. Meski baca aja agak kenganggu dengan bunga yang di cover depan itu, soalnya itu ternyata gak nyatu kan sama cover pink belakangnya. Jadi pas dipegang saat baca, kayak ada yang ganjal. Tapi bunga di cover-nya bagus. Tulisan cover ‘Pink Project’ itu juga bagus. Dipikir-pikir kalau cover-nya cuma tulisan itu aja tanpa ada apa-apanya juga bagus ya. Hahaha. 


Oh iya, bunga di cover itu juga ada di tiap pergantian bab, nah itu yang justru ganggu. Soalnya kadang nutupin tulisan. 

Btw, karena ini metropop terbitan lama jadi gak ada pembatas bukunya atau karena aku belinya di obralan pembatasnya hilang (?) tapi aku belinya masih segel sih, jadi mungkin memang gak ada yang pembatas bukunya kali ya. 

Cerita: 3 dari 5 
Tokoh: 4 dari 5 
Pemilihan kata dan kenikmatan dibaca: 5 dari 5 
Cover dan packaging: 4 dari 5 

Total: 4 dari 5 bintang. YOHOOOO!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...